REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Ketua Badan Perfilman Indonesia, Alex Komang mengatakan, film merupakan media komunikasi paling efektif. Bahkan pengaruh film bisa melebihi media lainnya seperti cetak dan online.
Akan tetapi yang perlu diingat, kata Alex, film seperti dua mata pisau yaitu disatu sisi bisa membunuh. Sementara di sisi yang lain juga bisa memuaskan.
“Film bisa membangun ke hal positif itu makanya film harus dijaga,” ujar Alex kepada Republika, usai malam penganugerahan Anti Corruption Film Festival (ACFFest) 2014 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Kamis (11/12) malam.
Menurut Alex, ACFFest secara produktifitas sangat baik. Beranekaragam tema yang diangkat membuat anak muda terdorong untuk menjadi pilar terdepan dalam pemberantasan korupsi. Kemudian, festival seperti merupakan pelajaran terhadap dunai sinematografi terlebih kepada generasi muda.
Film yang diangkat dari sebuah kenyataan, lanjut Alex, bisa menjadi media untuk menyuarakan sesuatu. Apalagi saat ini merupakan dunia visual dimana pendapat, kata Alex, bisa disuarakan dengan lantang.
Untuk itu, Alex sebagai sosok senior di perfilman Indonesia mengapresiasi inisiasi yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah festival film yang sudah berlangsung tahun kedua. Ia melihat geliat dari peserta terus meningkat setiap tahunnya.
Peserta ACFFest tahun ini meningkat tajam dari tahun sebelumnya. Pada tahun sebelumnya hanya puluhan peserta. Akan tetapi berbeda dengan tahun ini peserta mencapai 333 dari seluruh Indonesia untuk kemudian dipilih 27 nominator untuk dipilih lima pemenang.
Alex merupakan salah satu dewan juri pada ACFFest 2014. Peserta yang merupakan generasi muda membuatnya menyenangkan. Sebab, Alex melihat antusiasme yang tinggi dari peserta merupakan hal yang positif ke depannya. “Saya yakin kedepan akan lebih banyak lagi yang ikut,” katanya.