Ahad 07 Dec 2014 15:04 WIB

Ria Miranda Kreasikan Busana Motif Minang dalam Warna Pastel

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Koleksi Ria Miranda terbaru yang diperlihatkan Jumat (5/12) untuk tren 2015.
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Koleksi Ria Miranda terbaru yang diperlihatkan Jumat (5/12) untuk tren 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, Ria Miranda Trunk Show merupakan acara tahunan yang diadakan setiap akhir tahun. Tujuannya untuk menampilkan koleksi busana Muslim tahun mendatang. Acara ini juga bertujuan untuk mengumpulkan para pelaku industri fesyen Muslim dan sebagai penyebar informasi tentang apa yang terjadi tahun depan. 

“Indonesia memiliki rencana jangka panjang untuk menjadi kiblat busana Muslim tahun 2020. Ini merupakan salah satu bentuk partisipasi kami untuk menjadi pemain lokal yang memberikan kualitas terbaik bagi pecinta fesyen Tanah Air,” ujar Ria Miranda, Jumat (5/12).

Dalam trunk show Ria kali ini, salah satu koleksi busana yang menarik adalah Pusako yang terinspirasi dari warisan Minang tanah kelahiran Ria Miranda. Menurutnya, keragaman budaya Minangkabau tak akan habis untuk terus dieksplorasi dalam bentuk busana. Ria mengambil inspirasi potongan busana adat Minangkabau zaman dulu dengan tampilan yang lebih etnik.

Koleksi Pusako menggabungkan unsur modern namun tetap memperhatikan unsur kesederhanaan, kesantunan serta praktis untuk dikenakan sehari-hari. Hasilnya busana seperti maxi dress, crop top, jumpsuit hingga potongan rok yang sederhana namun tetap cantik.

Ia mengungkapkan, Pusako memang berarti warisan. Busana Muslim yang terinspirasi dari warisan motif Minang. Walaupun songket Minang identik dengan wrana mencolok seperti merah dan oranye, tapi Ria mampu menyajikan busana motif Minang dengan warna yang menjadi ciri khasnya yaitu pastel.

“Sebagai orang Minang, saya tidak mau pakai songket yang mencolok warnanya. Karena itu saya sampai mencari pengrajin, lalu minta ke mereka untuk membuat yang warna pastel. Awalnya mereka tidak mau membuatnya, namun ternyata bersedia. Dan Alhamdulillah sambutan konsumen baik. Tapi karena songket asli mahal, tidak semua orang bisa beli, akhirnya saya tuangkan ke print, print songket. Harganya lebih bisa terjangkau,” paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement