REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Lama berkibar sebagai aktor, Russell Crowe, akhirnya meluncurkan film pertamanya sebagai sutradara. Film ini berlatar pertempuran Gallipoli. Ia meyakini, ini adalah saat yang tepat bagi Australia dan Selandia Baru untuk mempertimbangkan perspektif Turki atas Gallipoli.
Aktor peraih Piala Oscar ini tengah merayakan debutnya sebagai sutradara, di Sydney, dengan pemutaran perdana film ‘The Water Diviner’.
Film ini berlatar empat tahun setelah kampanye Gallipoli dalam Perang Dunia I dan membidik perjalanan seorang petani Australia yang bepergian ke Turki, untuk mengetahui nasib tiga putranya.
Film ‘The Water Diviner’ mengeksplorasi bagaimana keluarga di kedua sisi konflik menderita karena kehilangan anak-anak, suami dan ayah mereka selama pertempuran berdarah Gallipoli, serta bagaimana mantan musuh turut larut dalam kesedihan mereka, selama periode pasca perang.
Russell mengatakan, dengan adanya kampanye peringatan 100 tahun Gallipoli tahun depan, ia percaya warga Australia dan Selandia Baru telah siap untuk mempertimbangkan perspektif Turki atas perang tersebut.
"Seratus tahun dari pertempuran Gallipoli, saya pikir, mungkin ada ruang dalam hati kita untuk sedikit terbuka dan melihat perspektif lain," tuturnya belum lama ini.
Russell, yang berperan utama sebagai ‘Joshua Connor’, juga berperan sebagai sutradara untuk pertama kalinya.
Ia mengatakan, sementara ia cemas tentang pengalaman pertamanya menjadi sutradara, ia telah belajar tentang kepemimpinan pada saat syuting film ‘Master and Commander’.
"Kru film tak mengharuskan Anda untuk selalu benar 100%. Mereka hanya meminta Anda untuk tegas," ujarnya.
Russell mengatakan, ia memilih untuk melakukan syuting film ini di Australia, supaya bisa berkontribusi pada industri lokal.
"Ini adalah budaya yang saya tahu. Ini adalah budaya yang saya cintai. Di sinilah saya memilih untuk hidup,” sebutnya.
Ia menambahkan, "Mengapa tidak menggunakan keterampilan dan pengetahuan saya, yang telah dibangun selama bertahun-tahun, untuk menciptakan sebuah ruang bagi aktor generasi baru."
Kisah cinta dalam film ini terinspirasi oleh satu baris dalam sebuah surat, yang ditulis oleh Letnan Kolonel Cyril Hughes dari unit ‘Imperial War Graves’, segera setelah Perang Dunia I berakhir.
"Seorang laki-laki tua berhasil sampai ke sini dari Australia, mencari makam anaknya," tulis surat itu.