Senin 01 Dec 2014 11:12 WIB

Tujuh Film Pendek Indonesia Berkompetisi

Film seluloid dalam format 35 milimeter
Foto: VOA
Film seluloid dalam format 35 milimeter

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG – Perkembangan industri perfilman Tanah Air, terus mengeliat. Kondisi ini pun mendorong Institut Francais Indonesia (IFI)  unuk membuka kompetisi film pendek Indonesia, pada 2014.

Ada tujuh film pendek Indonesia yang berkompetisi tahun ini untuk memperebutkan satu hadiah, yakni  mengunjungi festival film pendek terbesar di dunia, festival film pendek internasional clermont-ferrand, pada awal 2015. Pada  tahun 2013 lalu, kompetisi film pendek dimenangkan film dengan judul ‘Halaman Belakang’ karya Yusuf Radjamuda.

IFI menilai, ketujuh film tersebut merepresentasikan cara pandang Festival Sinema Prancis. Yakni, sebagian kuat dalam penuturan cerita, sebagian lainnya dalam eksplorasi audiovisual. Karena itu, tulis IFI dalam keterangannya yang dikirim ke Republika, Senin (1/12), Festival Sinema Prancis memutuskan untuk mencari karya yang paling seimbang, yang memiliki keterkaitan paling kuat antara kemasan dan gagasan.

Ketujuh film itu masing-masing berjudul ‘Seresehan’ karya Jason Iskandar.  Film ini berkisah tentang hari pernikahannya, dimana sang pengantin perempuan menunggu rombongan pengantin

pria datang. Sementara itu, sang pengantin  pria menemui masalah di perjalanan. Kecemasan dan kesepian hinggap di hati mereka

Kemudian film berjudul ‘Sowan’ karya Bobby Prasetyo. Film ini berkisah tentang Indonesia pada , 1965. Digambarkan, semua orang yang dicurigai terkait dengan Partai Komunis Indonesia dibantai atau diasingkan. Empat puluh sembilan tahun kemudian, peristiwa tersebut masih mempengaruhi kehidupan sepasang sahabat.

Film pendek ketiga berjudul ‘Onomastika’ karya Loeloe Hendra. Film ini bercerita tentang kehidupan di pedalaman Kutai Kertanegara. Dalam film ini diceritakan tentang seorang

anak tanpa nama hidup bersama kakeknya  yang memiliki serentet nama samaran. Ironisnya, baik si anak tak bernama maupun si kakek bermultinama sama-sama dikecilkan oleh masyarakat: si anak tidak bisa sekolah, si kakek harus berulang kali mengarang nama samaran agar tulisan-tulisannya bisa dimuat di media massa.

Sedangkan film pendek lainnya adalah ‘TOS’ karya Andra Febriarto, ‘Riding The Lights’ karya Jeihan Angga, ‘Polah’ karya Arie Surastio, dan ‘Happiness of the Holly’ karya Rein Maychaelson.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement