Senin 24 Nov 2014 17:11 WIB

'Barokatologi' dan 'Tangan Tuhan' Wali Band

Wali Band tampil dalam Djarum Coklat Ngabuburit di Lapangan PSPT Tebet, Jakarta, Ahad petang (7/8).
Foto: Republika/Aditya
Wali Band tampil dalam Djarum Coklat Ngabuburit di Lapangan PSPT Tebet, Jakarta, Ahad petang (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Wali Band musik bukan kegemaran belaka, melainkan juga pundi-pundi harta. Entah itu royalti atau honor "manggung" di berbagai tempat.

Band yang beranggotakan para mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah initidak hanya menuangkan ide kreativitasnya akan kegemarannya memainkan alat musik dan bernyanyi, melainkan juga telah menjadi sandaran hidup.

Namun sebagai santri, mereka sadar bahwa popularitas dan limpahan materi yang didapatkannya bukan semata-mata dihasilkan oleh kreativitas dan kecerdasan emosionalnya. "Ada 'tangan' yang terlibat sehingga kami menganggap hal ini sebagai keajaiban," kata Apoy, penggagas terbentuknya "Wali Band" yang pandai mencipta lagu dan piawai memainkan gitar itu.

Alumnus pondok pesantren di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, itu tidak ingin kreativitasnya bersama Faang (vokal), Tomi (drum), dan Ovie (keyboard) selalu dikonversikan dengan nilai materi semata.

"Kami tidak ingin mengutamakan kepentingan bisnis karena di setiap kreativitas kami selalu ada unsur 'barokatologi'," ujar Apoy, saat ditemui seusai "manggung" di Taoyuan Stadium Arena, Taiwan, Ahad (23/11) malam.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement