REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesadaran akan pentingnya berhemat energi saat ini perlu ditumbuhkan mengingat semakin menipisnya cadangan energi di Tanah Air.
Pesan itulah yang menjadi dasar dari sutradara Ray Nayoan menggarap film animasi tiga dimensi "Pulau Bintang".
Film yang merupakan bagian dari agenda kampanye "sadar energi" Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia tersebut bertujuan untuk kesejahteraan rakyat dan tercapainya ketahanan energi nasional.
"Berkampanye melalui film memang mungkin dampaknya tidak terlalu besar. Film bisa bikin apa sih? Tapi setidaknya dengan menonton film ini kita bisa tahu dan memberi tahu energi itu penting dan kita setidaknya bisa berhemat dengan mematikan lampu," kata Ray dalam malam Festival Anugerah Sadar Energi di Kementerian ESDM, Jakarta, Sabtu (11/10).
Ray yang telah menghasilkan empat film itu mengaku mendapat tantangan tersendiri membuat film animasi bertema lingkungan. "Kesulitannya adalah harus mengatur banyak kepala, belum lagi membumikan tema energi itu ternyata cukup sulit," kata Ray yang sudah menjadi sutradara sejak tahun 2008.
Ray mengatakan, menyajikan film untuk anak-anak rupanya cukup menantang. "Kesulitan terbesar adalah tema dan target kita anak kecil itu satu, yang kedua untuk melepas ego saya sebagai film-maker itu susah. Apalagi mediumnya animasi, sesuatu yang tidak seintuitif film langsung, kalau film langsung kita bisa merevisi di tempat ketika syuting tapi ini tidak begitu, tapi terus terang saya senang banget bisa terlibat di film ini," katanya.
"Pulau Bintang" merupakan film animasi yang bercerita tentang bagaimana cara untuk sadar energi. Film ini turut diisi oleh aktor dan aktris ternama Indonesia seperti Butet Kertaradjasa, Debra Yatim, Umay Shiba, Chantiqa dan David Tarigan.
"Pulau Bintang" bercerita tentang kakak-adik bernama Kaya dan Umay yang berlibur ke satu daerah. Berbeda dengan kehidupan yang biasa mereka jalani di kota, kehidupan di daerah itu justru mengandalkan energi alternatif sebagai sumber kehidupan, seperti memanfaatkan kotoran sapi untuk memasak, juga tenaga angin sebagai pembangkit listrik.
Di daerah tersebut energi juga sangat terjaga. Tidak seperti di kota-kota besar yang justru banyak dihambur-hamburkan.
Film berdurasi 24 menit ini telah di bawa ke lima kota besar lainnya antara lain Yogyakarta, Makassar, Papua, Bandung, dan Bali.
Gerakan Sadar Energi Kementerian ESDM telah dilakukan sejak bulan Mei 2013, dengan berbagai kegiatan seperti penanaman kesadaran (kognitif) pada masyarakat melalui komik "Petualangan Energi", buku "Mozaik Minyak dan Gas Bumi Indonesia", dan film animasi.