REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebagian muda-mudi di Eropa dan Amerika Serikat (AS) saat ini menikmati tren baru untuk menemukan pasangan hidup yang cocok. Yaitu pesta feromon.
Pesta ini tidak membutuhkan acara tatap muka. Melainkan mengendus bau dari calon pasangan mereka. Feromon adalah zat kimia alami yang dapat mengubah emosi dan perilaku manusia. Masing-masing orang memiliki feromon berbeda.
Bagaimana cara mengikuti pesta feromon? Dilansir dari Oddity Central, Kamis (14/8), sekelompok pria akan menaruh pakaian mereka di dalam sebuah plastik. Pakaian tersebut kemudian diberikan pada perempuan yang ingin mencari pasangan hidupnya.
Dia kemudian mengendus masing-masing pakaian yang sudah dinomori tersebut. Jika suka dengan bau pakaian itu, maka pemiliknya dianggap sebagai pasangan terbaik untuknya.
Masing-masing orang memiliki bau tubuh tertentu. Untuk menghadiri pesta feromon ini, pria atau wanita terlebih dahulu setuju untuk memakai kaos yang sama selama tiga malam berturut-turut tanpa menggunakan deodoran dan parfum.
Peserta kemudian harus membawa pakaian tersebut ke pesta yang ditaruh di dalam kantung plastik transparan bernomor.
Label nomor biru berarti punya pria, sedangkan lebel merah muda berarti wanita. Pesta feromon digagas pertama kali oleh seorang penyelenggara asal Inggris, Judy Nadel.
Ide pesta feromon ini pertama kali diperkenalkan di AS. Namun kini sudah menyebar ke kota-kota besar di belahan lainnya di dunia. Konsep mencari pasangan berdasarkan bau tubuhnya ini terinspirasi dari ilmuwan Swiss, Claus Wedekind yang melakukan percobaan pada 1995.
Teorinya, bau kimia tubuh merupakan dasar bagi perilaku seksual hewan. Hal ini diduga juga berlaku pada manusia.
Namun, seorang profesor di Australia, Phillipp Kirsch dari Universitas Queensland mengatakan peran feromon dalam memilih pasangan itu tidak terlalu signifikan. Indra lain, seperti suara cenderung mengalahkan indra penciuman. Sehingga bau menggoda itu hanya menjadi daya tarik sementara.
"Jika tujuannya adalah menemukan pasangan hidup sebenarnya, maka sangat penting untuk mempertimbangkan indra yang lebih dominan, seperti penglihatan dan pendengaran," kata Kirsch.