REPUBLIKA.CO.ID, Takut ular? Mungkin ada baiknya Anda jauh lebih takut pada nyamuk.
Menurut Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati), ular bukan pembunuh utama manusia, karena itu manusia tidak perlu merasa terancam terhadap binatang melata tersebut.
"Binatang yang paling banyak membunuh manusia itu sebenarnya bukan ular justru nyamuk sebagai pembunuh manusia terbanyak," ujar Direktur Kehati Indra Gunawan di Jakarta, Selasa (6/5).
Ular berada di urutan ketiga sebagai pembunuh terbanyak dan di alam liar ular justru takut dengan manusia. Sebab, ular akan menyerang hanya atas dasar naluri bertahannya.
Indra menambahkan bahwa keberadaan ular sebagai predator sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem.
Profesor dalam bidang biologi yang banyak meneliti tentang ular, Jatna Supriatna menjelaskan bahwa ular dianggap menakutkan sebenarnya karena pemahaman yang salah. "Kalau manusia berani, sebenarnya binatang yang tidak akan berani pada kita," ujarnya.
Lebih lanjut Jatna menjelaskan bahwa ular memiliki sensor yang sangat peka terhadap hormon manusia yang biasa keluar ketika merasa takut. Pada jenis-jenis ular tertentu, perbedaan suhu udara yang muncul akibat hormon tersebut meskipun hanya 0,01 derajat saja bisa terdeteksi.
Sehingga ketika karena ketakutannya manusia menyerang ular, mereka justru akan terkena patuk ular tersebut. "Jangan coba-coba bunuh ular kalau tidak (bisa bergerak) cepat, karena pasti ular lebih cepat," tambah Jatna.
Jika manusia sudah terlanjur tergigit ular berbisa, Jatna mengingatkan untuk segera berobat ke dokter tanpa harus panik karena kepanikan justru membuat efek racun ular bertambah parah. "Jangan panik, karena tidak ada yang mati dalam satu jam setelah gigitan ular. Bisa ular cobra pun butuh waktu empat sampai lima jam (untuk menimbulkan dampak)," katanya.