REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Tayangan film Utopia mendapat respons yang beragam dari kalangan masyarakat di Australia. Satu penonton menyetujui gagasan bahwa Australia harus meminta bantuan dari luar negeri terkait masalah ini. "Mungkin kita memang butuh seseorang dari luar, dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk masuk dan berkata, mari kita targetkan daerah-daerah ini dan entaskan kemiskinan di kalangan Aborigin," cetusnya baru-baru ini.
Dr Elizabeth Lewis, dokter yang menghabiskan 11 tahun bekerja di bidang kesehatan bumiputra mengaku setuju dengan pendapat film itu. Menurutnya tidaklah benar ada banyak kekerasan seksual di komunitas bumiputra, sebelum intervensi dilangsungkan. "Saya bekerja di bidang kesehatan seksual selama tiga tahun [setelah] intervensi, dan tak banyak bukti," ucapnya.
"Saat saya ke Darwin, [kita] mengurusi kasus-kasus kekerasan seksual yang bukan dari kalangan bumiputera, dan di Alice Springs tak terlalu banyak - saya bertugas 24 jam sehari selama dua tahun dan saya dipanggil ke luar kira-kira enam kali."
Salah seorang penonton, Harold Furber, terhenyak saat melihat adegan di mana Pilger dan tetua Noel Nannup mengunjungi fasilitas wisata yang tadinya merupakan penjara di mana banyak kaum Aborigin ditahan. "Orang-orang Aborigin ini ditahan di sana dan meninggal dalam sel, dan sel-sel ini diubah jadi akomodasi turis," komentar Furber.
Ada yang mengkritik bahwa tak ada juru bicara bumiputera yang terkenal yang diwawancara dalam film ini, dan isu alkoholisme dan kekerasan di kalangan bumiputra tidak disinggung. Gerard Henderson dari the Sydney Institute, menulis di The Australian bahwa film tersebut merupakan 'propaganda tanpa ampun'.
Sedangkan Kieran Finnane, dari Alice Springs News Online, mengkritik bahwa Pilger menciptakan polemik yang menyederhanakan. Pilger juga dituduh mengabaikan informasi yang bertentangan dengan pendapatnya dan menggiring narasumber yang Ia wawancarai.
Salah seorang penduduk yang tak ingin disebut namanya berkomentar: "Pameran yang mengejutkan dan menakutkan tak cukup untuk membawa perubahan. Bahkan, saya rasa banyak penduduk Australia yang sudah jenuh dengan kerugian bumiputera, dan [ini justru] mempertahankan anggapan bahwa kaum bumiputera tak berdaya dan tak sanggup berdiri sendiri."
"Saya rasa yang amat kita butuhkan adalah cerita tentang harapan, kemampuan bertahan hidup dan perjuangan perlawanan," tambahnya.