Kamis 02 Jan 2014 16:37 WIB

'Battle of Surabaya' Bidik Jalur Distribusi Walt Disney

Rep: Nur Aini/ Red: Hazliansyah
Battle of Surabaya
Foto: ist
Battle of Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Keberhasilan film animasi Battle of Surabaya meraih penghargaan di ajang International Movie Trailer Festival (IMTF) 2013 membuat MSV Pictures selaku rumah produksi memodifikasi target pasar.

Jika sebelumnya film hanya ditujukan untuk distribusi nasional, animasi dua dimensi itu kini juga membidik pasar internasional.

"Film ini kami buat untuk kelas nasional dan ditarget April sudah jadi, tetapi ternyata mendapat sambutan internasional yang luar biasa sehingga pemasaran akan diperluas," ungkap Eksekutif Produser Battle of Surabaya (BOS), M. Suyanto saat ditemui di kampus STMIK Amikom, Yogyakarta, Kamis (2/1).

Tidak tanggung-tanggung, BOS membidik jalur distribusi Walt Disney. Suyanto sendiri optimistis film "Battle of Surabaya" bakal dilirik Walt Disney, karena salah satu rumah produksi besar Hollywood itu ingin mengembalikan identitasnya dengan memproduksi film dua dimensi.

"Kami ingin film kami benar-benar bagus sehingga Disney bisa tertarik," ujarnya.

Untuk mencapai tujuan itu, Aryanto Yuniawan selaku sutradara akan meningkatkan efek visual, sinematografi, dan efek khusus pada film BOS. Untuk segi cerita, BOS dinilai sudah sesuai dengan standar internasional sehingga tidak akan diubah.

"Kami usahakan percepatan pembuatan film dengan menambah tenaga kerja dan upgrading teknologi dengan kombinasi animasi tradisional dan digital animasi," ungkapnya.

Film Battle of Surabaya merupakan film adaptasi yang berlatar belakang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Film tersebut bercerita tentang perjalanan seorang anak yang berprofesi sebagai penyemir sepatu bernama Musa.

Dalam perjalanannya, Musa menjadi kurir surat penghubung antara pejuang dan militan. Battle of Surabaya menceritakan perjalanan ego Musa yang menjadi seorang pahlawan dalam pertempuran pada awal Indonesia merdeka.

Cerita tentang perjalanan Musa dinilai Aryanto sesuai dengan pola film Hollywood yang menginginkan pahlawan harus bertumbuh. "Musa tidak pegang senjata tetapi dia messenger, tokoh yang dipentingkan dari sisi Indonesia maupun musuh," ungkapnya.

Perjalanan Musa tersebut akhirnya ingin menyampaikan bahwa semua pihak akan kalah dalam perang.

Latar belakang pertempuran 10 November 1945 diambil karena peristiwa tersebut masuk dalam catatan sejarah dunia. "Kami membuat film tidak hanya untuk Indonesia tetapi untuk semua orang di dunia. Film ini universal," ungkapnya.

Film tersebut juga akan segera dibuat game, buku cerita, dan buku cerita bergambar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement