REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malam Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2013 malam ini (4/11) siap digelar di Plaza Selatan GBK, Senayan, Jakarta.
Ini merupakan tahun kedua AFI diselenggarakan. Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini AFI lebih mengedepankan nilai (value) yang terkandung dalam film sebagai kriteria penilaian.
Ini yang juga menurut Ketua Pelaksana AFI 2013 Firman Basol sebagai pembeda AFI dengan anugerah film lainnya di Indonesia. Penilaian mengacu pada tiga unsur utama, yakni nilai budaya, kearifan lokal dan pembangunan karakter bangsa.
"AFI ingin hadir melengkapi festival film yang ada. Dalam menilai kita lebih mengedepankan nilai dalam film daripada sinematografinya," katanya.
Karena itu, lanjutnya, tahun ini AFI menghapus beberapa katogori penghargaan yang dirasa terlalu teknis. Seperti Sutradara Terabaik, Aktor Terbaik, Penulis Skenario Terbaik, dan Penata Musik Terbaik.
Senada dengan Firman, Ketua Tim Ahli AFI 2013 Ichwan Persada, mengungkapkan format baru ini dibuat sebagai satu standar khusus AFI kedepan. Akibatnya, beberapa kategori tak memiliki nominasi pemenangnya.
"Kalau memang standarnya nggak sampai kita nggak mau maksain harus ada pemenang. Itu tidak mudah memang, ada yang bilang arogan," kata Ichwan.
Film-film yang masuk ke dalam meja juri juga menurutnya adalah film-film yang sudah beredar di masyarakat. Jadi sineas perfilman tidak perlu lagi mendaftar untuk mengikuti anugerah ini seperti halnya pada Festival Film Indonesia (FFI). Usai penganugerahan, Ichwan juga menuturkan, masyarakat akan diberi tahu alasan dibalik kemenangan mereka.
"Ini benar-benar kita yang pilih. Penjuriannya independen dan fair, nggak ada titipan. Jadi benar-benar akan ada pertanggungjawabannya," lanjutnya.