REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mutia Ramadhani
JAKARTA -- Silih berganti grup idola di Korea Selatan debut setiap tahunnya. Ini menyiratkan perkembangan industri musik K-pop semakin diterima oleh kalangan masyarakat, bahkan sudah mendunia.
Berbeda dengan sistem grup yang berkembang di barat, grup-grup idola di Korea setidaknya memiliki beberapa rule yang kurang lebih sama antara satu grup dengan grup lainnya.
Rule tersebut seolah menjadi sebuah struktur yang seringkali dikaitkan dengan manajemen dan personel masing-masing grup. Secara umum, berikut adalah beberapa rule di balik pembentukan sebuah grup musik di Korea Selatan.
5. Kemampuan bahasa bilingual
Pada umumnya, manajemen artis di Korea Selatan selalu berorientasi go internasional setiap membentuk sebuah grup. Bahasa merupakan kunci utama untuk mencapai kesuksesan itu. Sehingga, manajemen-manajemen artis di Korea Selatan setidaknya mewajibkan grup idola minimal menguasai dua bahasa (bilingual).
Umumnya bahasa kedua mereka adalah Jepang, Mandarin, atau Bahasa Inggris.
Mengapa Jepang dan Mandarin? Rata-rata Jepang dan Cina menjadi pintu pertama bagi grup-grup idola untuk menembus pasar Eropa dan Amerika. Dari negara asalnya, grup idola ini tidak langsung mengambi langah ekstrem dengan memasuki pasar Amerika atau Eropa, seperti yang dilakukan manajemen JYP terhadap Wonder Girls.
Mereka melakukannya bertahap yang dimulai dari Jepang atau Cina. Grup-grup K-pop yang debut di Jepang di antaranya BigBang, 2NE1, Kara, 2PM, BAP, Super Junior, dan 4Minute.
Manajemen SM Entertainment mewajibkan dua grup andalan mereka, Super Junior dan EXO, untuk menguasai bahasa Mandarin. Mereka memecah grup menjadi unit khusus, seperti Super Junior-M dan EXO-M, yang berkemampuan menyanyikan lagu-lagu berbahasa Mandarin. Super Junior dan EXO bahkan berhasil membuktikan popularitasnya di Negeri Cina dan Cina Daratan lewat kemampuan bahasa Mandarin mereka.
Manajemen YG Entertainment mewajibkan artis-artisnya, seperti BigBang dan 2NE1 untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa Jepang. Mereka yakin bisa menembus pasar Eropa melalui Jepang. Ini terbukti dengan basis penggemar BigBang dan 2NE1 memiliki jumlah terbesar dibandingkan grup-grup K-pop lainnya yang debut di Jepang.
Manajemen JYP Entertainment sangat mengutamakan bahasa sebagai salah satu faktor seleksi dalam keanggotaan mereka. Manajemen ini menghabiskan hingga 200 ribu dolar AS atau lebih dari dua miliar rupiah untuk melatih anggota traineenya untuk latihan vokal, tari, hingga les bahasa Inggris.
Ini terbukti dengan popularitas Wonder Girls yang berhasil terkenal di Amerika Serikat sebagai grup K-pop pertama yang diakui di Negeri Paman Sam itu.