Selasa 23 Apr 2013 13:24 WIB

Cuekin Stigma, Pria AS Asyik Merajut & Memasak Bersama

Tim Kardatzke bersama istrinya tengah asyik merajut.
Foto: BOSTON GLOBE
Tim Kardatzke bersama istrinya tengah asyik merajut.

REPUBLIKA.CO.ID, Kini ada kecenderungan gaya hidup 'menarik' di kalangan pria AS, seperti yang dijalani oleh para pemain rugby profesional, Matt Reiss, Kelyn Rowe dan Chris Tierny. Setelah sepagian harus berlari secepat kilat, berebut dan melontarkan bola, membanting tubuh hingga sikut-sikutan, begitu meninggalkan lapangan, mereka ingin bersantai dan sunyi sejenak.

Uniknya, pemain di klub New England Revolution itu tidak menuju pub untuk burger dan bar. Alih-alih mereka menuju rumah Reis lalu memasak makan siang tacos ikan, memanggang ikan, membuat salad kubis dan guacamole mangga.

Memasak bersama kini berubah menjadi salah satu cara bagi pria untuk bisa bersantai tapi tetap bersosialisasi. Saat pub dan ESPN kehilangan daya tarik, lebih banyak pria melakukan kegiatan yang bisa jadi membuat terkejut kaum wanita, bukan hanya grup masak, tapi juga klub buku bahkan, ya, merajut!

(Kelyn Rowe (kiri), Matt Reis (tengah) and Chris Tierney menyiapkan makan siang bersama ©Boston Globe)

"Ketika pria sudah menikah, mereka cenderung memilih hobi dan organisasi yang bisa melibatkan wanita atau memiliki potensial mengarahkan mereka kepada wanita," ujar profesor komunikasi massa sekaligus pakar peran gender di Universitas Boston, Patrice Oppliger seperti dikutip Boston Globe.

Kondisi itu ternyata mempengaruhi Elk Clubs of America, salah satu layanan klub tradisional untuk pria. Dalam situsnya, Benevolent and Protective Order of Elks melaporkan keanggotan nasional tahun ini hanya 850.000 orang. Padahal pada 1980, klub itu memiliki 1,6 juta anggota, berarti merosot hingga setengahnya.

Lalu ada pula The Masonic Service Association of North America, hub nasional untuk Freemasonry Grand Lodges di AS yang menyatakan keanggotannya pada 2011 sebanyak 1,3 juta orang, dibanding pada angka tertinggi pada 1959 yang mencapai 4,1 juta anggota.

Sebagian besar dari klub bergengsi untuk pria mulai tak bisa menarik perhatian setelah era perang Vietnam. Para lelaki era Vietnam tidak suka keluar dan cenderung memandang organisasi besar dengan kecurigaan. Saat ini masih ada anak muda yang tertarik, tapi mereka merasa biaya iuran klub terlalu mahal. Klub pun kesulitan untuk meyakinkan mereka manfaat bila bergabung dengan organisasi tersebut.

Ada alasan lain mengapa pria menengok ke aktivitas yang semua dianggap feminin. Mereka tidak lagi peduli dengan stigma, terlebih bila pria tersebut sudah berkeluarga.

Wakil presiden Schneider Associates berbasis di Boston, Julie Hall, menyebut kondisi itu terbukti  bagaimana pasar saat ini mendekati konsumen pria dan wanita. Hall, yang juga editor studi tentang peluncuran produk rumah tangga menyatakan 45.000 item saat ini dipromosikan dengan cara berbeda.

"Dulu 85 persen produk rumah tangga dipasarkan untuk wanita, tapi sekarang tidak lagi. bahkan ada gurauan, wanita hanya berkontribusi 15 persen dari pembelian produk rumah tangga," paparnya.

Termasuk promosi kait untuk merajut?

"Saya selalu ingin mencoba merajut sejak tiga tahun lalu," ujar manajer layanan sebuah perusahaan konstruksi, Jeremy Bratt yang tinggal di Maryland. "Alasannya sederhana, saya suka membuat sesuatu dan saya suka menonton siaran olahraga," ungkapnya.

Merajut adalah aktivitas yang bisa mengawinkan keduanya. "Saya sudah membuat beberapa topi, sarung tangan dan syal," tuturnya.

Meski ia mengakui reaksi temannya beragam, terutama dari pria. "Sebagian tentu saja mengeryitkan alis, tapi bagi yang tipe kreatif mereka langsung bisa memahami," ujarnya.

Ia kian pede ketika suatu hari belanja ke toko hobi di Cambridge dan di sana menjumpai tak hanya satu dua pria, melainkan banyak pria di bagian merajut dan menjahit yang dipenuhi benang, jarum, kait, kain dan gunting.

"Saya memang tidak lagi peduli apa kata orang, tapi yang membuat nyaman dari pengalaman itu, hobi ini bagi pria bukanlah sesuatu yang langka."

Saat ini Knitting Guild Association and the Crochet Guild of America (KGA) atau klub merajut dan merenda nasional di AS memiliki anggota pria sebanyak 4 persen. Jumlah itu bertambah setiap tahun. Dua pria malah sudah program master untuk anggota dewan KGA.

Seorang mantan pendidik dari Museum Sains Boston, Tim Kardatzke, pernah suatu hari masuk ke sebuah bar di Cambridge untuk bertemu teman-teman prianya. Semua terlihat seperti kumpulan pria  yang sedang minum bir, bedanya yang mereka bicarakan adalah teknologi terkini dalam merajut dan hasil penerapannya dalam proyek merajut.

"Kami semua menyukai rajutan, renda dan mengobrolkannya sambil nongkrong agar semua merasa nyaman berbagi tips dan kiat," tuturnya.

Guido Stein, 35 tahun juga seorang perajut yang tinggal di Cambridge. Ia menekuni hobi itu bersama istrinya, seorang psikolog. "Saya suka aktivitas fisik yang melibatkan kreativitas," ungkapanya.

Beberapa tahun lalu ia membentuk grup bernama KGB, kependekan dari Knitting Gentlemen of Boston. Stein juga membuat podcast tentang merajut  "It's a Purl, Man" dan memulai sebuah klub merajut bernama Common Cod Fiber Guild.

Saat ini pun sudah banyak klub dengan situs yang mewadahi komunitas perajut pria seperti Men Who Knit. Terbukti, merajut bukan hanya dunia wanita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement