Kamis 28 Feb 2013 18:00 WIB

Pangeran Harry Pakai Celemek Ungu & Masak Donat di Lesotho

Pangeran Harry mengayak tepung untuk membuat, mokonye, donat khas Lesotho.
Foto: REUTERS
Pangeran Harry mengayak tepung untuk membuat, mokonye, donat khas Lesotho.

REPUBLIKA.CO.ID, Pangeran Inggris berusia 28, Harry, Kamis (27/2) kemarin sibuk memasak dan bercanda dengan bocah-bocah Lesoto.. Bersama teman pendiri yayasan amalnya, Pangeran Seeizso dari Lesotho, ia belajar seni membuat mokoenya, donat khas Lesoto yang dimasak dengan minyak mendidih.

Penampilan Pangeran Harry jadi unik begitu ia mengunakan celemek ungu bermotif beruang teddy. Begitu selesai, calon pemegang takhta urutan ketiga itu melayani sendiri wartawan Inggris yang berkumpul. Sambil tertawa Pangeran Harry menyuguhkan donat-donat matang hasil buatannya.

Sebelumnya, ia bergabung bersama kelas yang sedang mengajarkan bahasa isyarat. Murid-murid tuna rungu, seperti yang dilaporkan Telegraph.co.uk, menunjukkan pada Pangeran Harry bagaimana mengeja namanya.

Aktivitas itu bagian dari kunjungan Pangeran hari selama tiga hari di kerajaan pengunungan Afrika Selatan, perjalanan serupa yang pernah ia lakukan sembilan tahun lalu ketika ia pertama mengunjungi Lesoto pada 2004.

Dua tahun setelahnya, 2006 ia mendirikan Sentebale yang berarti, "jangan lupakan aku" di Lesotho, bersama Pangeran Seeiso, sebagai cara untuk mengenang ibunya.

Pangerang Harry dan Seeizo mengunjungi Pusat Tunarungu Kananelo, di kawasan terpencil, luar ibu kota Maseru. Kananelo adalah satu dari hanya dua sekolah untuk murid-murid tuna rungu di negara itu. Sekolah itu dicapai lewat jalur tanah bergeronjal yang berada di ladang jagung dengan latar gunung tinggi menjulang.

Pangeran Harry juga mengunjungi Pusat Tunanetra di St Bernadette di kawasan urban Maseru, di mana 69 siswa diasuh di sana. Saat Pangeran Harry menyalami dan berbicara dengan siswa-siswa yang berkumpul, Pangeran Seiso menyatakan tujuan utama Sentebale adalah menghapus stigma bahwa Lesotho dipenuhi warga cacat tak berdaya.

Lembaga itu juga memberikan dukungan finansial kepada murid cacat dari keluarga tidak mampu. "Saya harap kami bisa melihat kondisi berbeda yang jauh lebih baik dalam permasalahan ini , mulai dari HIV, penyakit mental dan cacat fisik tanpa pendidikan." ujar Pangeran Seeiso.

"Jika kita bekerja keras, Sentebale tidak akan dibutuhkan dalam 20 tahun mendatanga kerena sudah tidak ada lagi anak-anak yang rentan akibat tidak bisa mandiri."

Menanggapi tamunya, Pangeran Seeiso menyatakan tidak melihat satupun tanda-tanda Pangeran Tukang Pesta. Julukan itu disematkan ke Pangeran Harry sejak foto ia setengah bugil di Las Vegas beredar tahun lalu.

"Bagi saya, ketika ia pertama kali ke Lesotho, ia masih relatif muda, baru lulus dari sekolah." ujarnya.

"Setelah bertahun-tahun dan dibolehkan untuk kembali kemari dan menjadi dirinya sendiri, saya melihat seorang pemuda yang tumbuh menjadi pria solid dengan visi kuat mengenai apa yang ingin ia lakukan, tidak hanya di Lesotho, tetapi juga dalam kehidupannya."

Dalam kunjungan kal ini Pangeran Harry juga berencana berbicara di depan grup pengusaha dan politisi pada jamuan makan malam di Johannesburg. Acara itu dihelat untuk menggalang dana sebesar 2,5 juta paun (Rp36,7 milyaran) untuk pusat rekreasi baru Sentebale di Lesotho. Fasilitas itu akan didesain untuk anak-anak dengan HIV/Aids.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement