Rabu 30 Jan 2013 13:58 WIB

'The Scarecrow' Film Animasi 3D Palestina Pertama

Rep: Nur Aini/ Red: Karta Raharja Ucu
Bendera Palestina
Bendera Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Teror Israel tak membuat kreatifitas warga Palestina mati. Tim animator Palestina akan segera meluncurkan film animasi 3D yang berjudul 'The Scarecrow'.

Tim produksi dari Gaza sedang memberi sentuhan akhir untuk film animasi tersebut. Film animasi berdurasi 40 menit itu merupakan yang pertama diproduksi warga Palestina.

Film tersebut mengisahkan seorang gadis yatim piatu yang memiliki orang-orangan sawah peninggalan orang tuanya. Orang-orangan sawah itu kemudian dibawa tentara Israel.

Menurut produser film, Khalil Almuzain, film tersebut mengangkat isu tentang kehilangan, sesuatu yang biasa dirasakan warga Palestina.

"Cerita mengambil isu yang sangat penting, kehilangan yang umum terjadi. Warga Palestina selalu kehilangan sesuatu, rumah mereka, ibu, ayah, dan anak," ungkapnya seperti dikutip Al-Arabiya, Rabu (30/1).

Menurut Khalil, rasa kehilangan adalah bagian paling menyakitkan bagi rakyat Palestina. "Kami melalui The Scarecrow ingin mengirim pesan kepada dunia tentang kisah kehilangan bagi Palestina, kehilangan semuanya. Kami berharap mereka mendapatkan pesan itu," terangnya.

Film 3D itu diproduksi Zaitoon Animation and Games. Rumah produksi itu merupakan bagian dari penerapan teknologi di Gaza University College. Tak tanggung-tanggung, klien mereka antara lain British Council, UNICEF, dan Bank Dunia.

Bank Dunia memberi dana untuk proyek tersebut. Mereka yang bekerja untuk film tersebut mengatakan situasi yang dihadapi rakyat Gaza digambarkan dalam film tersebut.

"Hubungan antara anak-anak di film ini adalah hubungan sederhana. Tapi pendudukan telah membuat hubungan itu lebih kuat sehingga mereka menghadapinya dan film menceritakan hal itu, " ungkap desainer, Osaid Madee.

Israel memperketat blokade Gaza setelah Hamas menolak mengakui negara Yahudi. Di bawah tekanan internasional, Israel mulai mengurangi pembatasan pada 2010 dan memungkinkan badan bantuan internasional masuk.

Sayangnya, produser film tersbeut menghadapi masalah keuangan. Dana 40 ribu dolar AS untuk film ini telah habis. Namun, mereka berkomitmen untuk menyelesaikan film tersebut tanpa uang tunai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement