REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor, sutradara, dan penulis naskah Slamet Rahardjo Djarot mengatakan sebuah film harus memberikan sebuah image dan gambaran agar film itu diingat dan melekat di hati penonton.
Slamet Raharjo menyampaikan hal tersebut saat Lokakarya film dengan tema Scriptwriting: Creating Myth di Museum Nasional, Jakarta. Ia berpendapat yang harus diletakkan adalah gambaran karena film itu sendiri ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi.
"Film Indonesia kebanyakan masih dalam tingkat picture. Belum ke image, gambaran," katanya.
Bila film hanya dalam tataran gambar, penonton akan cepat lupa. Lain halnya bila film itu berupa gambaran. "Karena dia sudah menjadi semacam kebenaran baru. Kebenaran yang bisa diyakini orang," jelasnya.
Ia menyarankan bagi para pemula yang ingin membuat film untuk meyakini bahwa film tidak sekedar menceritakan, tapi menggambarkan. Ia pun memberikan contoh perbedaan melalui kata "cantik".
"Kalau kita membaca, kita bisa membayangkan gadis itu pasti begini-begini," katanya.
Dalam menggambarkan, meski kata "cantik" bersifat relatif, ia berpendapat "cantik" pun memiliki standar. "Misalnya, sempurna komposisi hidung, mata, dan mulutnya," jelasnya. Ia juga menekankan pentingnya kesesuaian cerita dengan gambar.