REPUBLIKA.CO.ID,Persahabatan dua bocah, Samihi dan Wayan Manik, direkatkan oleh satu hal. Mereka berdua merasa punya rasa takut yang ingin mereka lawan. Samihi (11 tahun) adalah bocah Singaraja, Bali, yang keluarganya merupakan pendatang. Bersahabat dengan Wayan Manik, Yanik, panggilan akrabnya, setahun lebih tua dari Samihi, adalah anak asli Bali.
Keakraban Samihi yang Muslim dan Yanik yang beragama Hindu berawal saat Yanik menolong Samihi yang tengah dibully oleh beberapa anak lain. Samihi pun mengagumi keberanian Yanik membela dirinya. Saat mengetahui Samihi yang sudah cukup lama menetap di Singaraja tak bisa berenang, Yanik nyaris tak percaya. Anak-anak Singaraja yang dekat dengan Pantai Lovina yang indah dikenal jago berenang.
Samihi ternyata punya ketakutan terhadap air, laut, dan alam bebas. Sejak kecil, ia dilarang orang tuanya men dekati ketiga hal tersebut yang kemudian dijelaskan alasannya dalam film. Samihi dan adiknya Syamimi pun menjadi satu-satunya anak Singaraja yang tak bisa berenang.
Sementara Yanik, di balik keberaniannya ternyata me nyim pan sebuah trauma yang ia simpan rapi. Padahal, selama ini, sosok Yanik yang sempat berhenti sekolah dan bekerja di laut begitu kuat di mata Samihi.
Yanik menyimpan cerita yang tak pernah ia ceritakan pada siapa pun, kecuali Samihi. Pekerjaannya menemani turis asing menonton atraksi lumba-lumba di Pantai Lovina membawanya berkenalan dengan seorang pria bule. Pria setengah baya ini pun melakukan kekerasan pada Yanik yang tidak digambarkan dalam film.
Persahabatan antara keduanya teruji saat Samihi menceritakan trau ma Yanik pada pemangku adat. Apalagi, hampir pada saat yang sama, ayah Yanik tewas dalam peristiwa Bom Bali yang menelan ratusan korban. Sang sutradara, Erwin Arnada, sepertinya membiarkan penonton menerka apa yang terjadi pada Yanik. Namun, ending dalam film sengaja dibuat berbeda dengan versi novel.
Film ini diangkat dari novel berjudul sama yang ditulis Erwin saat menjalani masa tahanan. Saat itu, ia mendekam di balik jeruji besi akibat tersangkut kasus penerbitan Majalah Playboy yang dipimpinnya. Inspirasi dari novel ini didapatnya dari kisah nyata anak-anak pemandu wisata di Singaraja.
Selain Lukman Sardi yang berperan sebagai ayah Samihi, aktor dan aktris yang bermain di film ini rata-rata adalah pendatang baru. Termasuk karakter Samihi yang diperankan Risjad Aden dan Dedey Rusma sebagai Yanik.
Film ini juga menawarkan seting yang memanjakan mata dan sudut pengambilan gambar yang kadang tak biasa. Warna-warna sephia yang dipilih untuk pengambilan gambar beberapa scenejuga sukses memberikan kesan berbeda.
Selain mengangkat soal keragaman dalam masyarakat, film ini juga sengaja mengangkat isu kekerasan pada anak. Sayangnya, di beberapa adegan dialog, Samihi dan Yanik terlihat terlalu berat untuk anak seusia mereka. Selain itu, dialog yang panjang antarkeduanya juga membuat film ini terasa monoton di beberapa bagian.
Untungnya, seting yang menarik dan pengambilan gambar yang baik bisa membuat penonton betah di kursi bioskop. Film berdurasi 107 menit ini rencananya akan mulai tayang di bioskop pada 30 Agustus 2012.