REPUBLIKA.CO.ID,Wilayah itu dikenal sebagai Vilayet Antilia. Berada di arah Matahari terbenam. Mereka mengatakan bahwa di sana ada empat macam burung nuri yang berwarna putih, merah, hijau, dan hitam. Orang-orangnya memakan daging burung nuri dan hiasan kepalanya dibuat dari bulu burung nuri. Di sana ada batu yang menyerupai batu uji (touchstone) berwarna hitam. Orang-orang menggunakannya sebagai kapak dan itu sangatlah keras.
Kutipan di atas adalah terjemahan dari sebuah peta yang dibuat oleh Piri Ibn Haji Mehmed, seorang kartografer kawakan. Dia dikenal sebagai sepupu dari Kemal Reis, seorang laksamana Angkatan Laut Kekaisaran Ottoman (Turki Usmani) sehingga sang pembuat peta lebih dikenal dengan nama Piri Reis.
Peta itu dibuat di Gallipoli pada bulan Muharam tahun 919 H atau antara bulan Maret dan April tahun 1513 M. Dalam Kitab i-Bahriye yang ditulisnya, Piri Reis kembali menyebutkan, “Dari kapal musuh yang ditangkap di Mediterania, kami menemukan hiasan kepala terbuat dari bulu burung nuri dan juga batu hitam yang mirip batu uji.”
Dalam catatan di peta itu, Piri Reis melanjutkan bahwa daratan di ujung barat Samudra Barat (Atlantik) yang diberi nama Antilia itu ditemukan pada 896 H oleh orang kafir dari Genoa bernama Colon-bo (Kolombo) yang berlayar atas perintah Bey (Raja) Spanyol. Ada daratan, pantai, dan pulau pulau yang dipenuhi segala macam logam dan batu mulia.
Informasi akan Antilia didapat dari budak Spanyol milik pamannya, Kemal Reis. Sang budak bercerita bahwa dia telah tiga kali berlayar bersama Kolombo menuju ke daratan nan jauh itu. Kisahnya demikian, “Awalnya, kami mencapai Selat Gibraltar, dari sana kami berlayar lurus ke antara selatan dan barat. Setelah berlayar lurus 4.000 mil kami melihat daratan, namun perlahan ombak lautan tak lagi berbuih, laut menjadi tenang, dan Bintang Utara lama-kelamaan tertutup dan tak kelihatan. Jajaran bintang di wilayah itu terlihat dalam pola yang berbeda. Kami mendarat di pulau dan penduduk asli datang sambil melemparkan anak panah yang ujungnya terbuat dari tulang ikan dan seluruh penduduknya telanjang.”
Catatan peta Piri Reis yang berisi kisah budak Spanyol itu juga menunjukkan bahwa awak kapal Kolombo menemukan perahu yang ditinggalkan penduduk asli Antilia ternyata berisi daging manusia. Tampaknya, mereka ini adalah suku yang gemar berburu manusia untuk dimakan. Ketika orang asli itu mengetahui bahwa misi Kolombo tak bermaksud jahat, mereka mendatangi kapal Spanyol dengan perahu berisi ikan. Sebagai gantinya, orang Spanyol menghadiahi mereka manik-manik kaca. Warga asli yang senang lalu memberikan batu permata yang ternyata banyak ditemui di sepanjang pantai.
Kolombo kemudian membawa dua orang asli itu ke Spanyol. Raja Spanyol balas mengirim pendeta ke daratan jauh itu untuk mengajarkan agama Kristen pada kaum yang tak punya agama itu. “Sekarang ini, pulau itu demikian terkenal dan terbuka bagi siapa saja. Nama-nama pada pulau itu diberikan oleh Kolombo, seorang ahli astronomi hebat. Pantai dan pulau-pulau di peta ini diambil dari peta Kolombo,” tulis Piri Reis.
Saat itu, Piri Reis sedang membuat peta dunia yang diduga kuat menggambarkan pantai timur Benua Amerika yang baru saja ditemukan Kristoforus Kolumbus dalam empat kali ekspedisi dari 1492 sampai 1502. Peta Piri Reis ditemukan oleh Bay Halil Etem Eldem ketika merestorasi Istana Topkapi menjadi museum pada 1929. Dia kemudian mengundang orientalis Jerman Paul Ernest Kahle untuk ikut menelitinya.