REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Harimau Benggala kian berada di jurang kepunahan. Spesies macan besar ini terancam perusakan habitat, perdagangan ilegal bagian tubuh satwa, bencana alam, dan kemarahan masyarakat sekitar akibat kehadiran mereka dianggap mengancam keselamatan setempat.
Kulit dan bagian tubuh Harimau Benggala diinformasikan diperjualbelikan untuk pengobatan tradisional Asia. Saat ini, tiga ekor anak Harimau Benggala lemah terbaring di kandang besi di sebuah kebun binatang di Dhaka. Salah satu anak harimau itu terselamatkan dari rencana penyelundupan hewan ke luar negeri.
Pasukan keamanan Dhaka juga menangkap seorang pria dan ibunya yang terbukti mengumpulkan anak-anak Harimau Benggala. Pria itu menjaga dan merawat anak-anak macan tersebut sampai hewan itu diselundupkan ke luar negeri. "Mereka (anak-anak harimau) ditangkap hidup. Setiap anak harimau berharga dua juta taka atau setara dengan 24.400 dolar AS," kata Perencana Program di Wildlife Trust Bangladesh, seperti dikutip dari Reuters, Ahad (19/8).
"Macan keluar hutan untuk mencari makanan di desa-desa. Mereka sering terjebak oleh masyarakat kemudian dibunuh," kata seorang jagawana (polisi hutan) di Hutan Mangrove Sundarbans, Bangladesh. Saat ini, para pemburu juga memperluas perdagangan ilegal Harimau Benggala dengan cara menangkapi anak harimau.
Menyelundupkan anak harimau, kata jagawana tersebut, lebih mudah. Sebab, lebih aman jika berpindah-pindah. Diperkirakan, 300 - 500 ekor Harimau Benggala hidup di areal seluas 10 ribu kilometer (km) persegi di 6.213 mil Hutan Sundarbans. Jumlah harimau itu terus berkurang.
Hutan ini membentang di antara India dan Bangladesh dan telah ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Pemerintah bangladesh juga telah memperketat hukum untuk mencegah penyelundupan Harimau Benggala. Sanksinya adalah tujuh tahun penjara dan denda mencapai 500 ribu taka. Jagawana Sundarbans juga akan dipersenjatai dan dilatih untuk mengekang pelaku perburuan liar dan penyelundupan Harimau Benggala.