Rabu 25 Jul 2012 15:08 WIB

Sukses Karier dan Rumah Tangga, Ini Dia Jurusnya (1)

Rep: Susie Evidia/ Red: Endah Hapsari
Ibu dan wanita karier/ilustrasi
Foto: straighterline.com
Ibu dan wanita karier/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Meniti karier di luar rumah bukan lagi monopoli kaum pria. Kaum wanita pun melakukannya. Tengok saja gedung-gedung perkantoran, baik swasta maupun pemerintah, tak luput dari keberadaan kaum wanita. Bukan sekadar penggembira. Tak jarang, mereka menduduki posisi strategis, bahkan menjadi pimpinan. Ada yang menjadi manajer, direktur, politisi di DPR, bahkan menteri di kabinet pemerintah.

Nah, jika wanita-wanita itu adalah juga seorang istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya, bagaimana mereka menjalankan peran ganda itu? Mungkinkah mereka mereguk dua kesuksesan sekaligus, sukses di karier dan rumah tangga? Walau sulit, banyak wanita berusaha keras meraih dua kesuksesan itu. 

Dalam pandangan psikolog Adriana S Ginandjar, sulit bagi seorang wanita untuk menjalankan peran multi fungsinya -- sebagai ibu rumah tangga, istri, anggota masyarakat, juga wanita karier -- dalam waktu bersamaan dengan sukses.

''Maksimal semua peran itu bisa dilakukan secara seimbang, tidak mungkin sukses semuanya,'' kata psikolog yang akrab disapa Ina ini. Ina menjelaskan, jika kriteria sukses seorang ibu rumah tangga adalah: meluangkan lebih banyak waktu untuk mengurus anak-anak dan keluarga, mengantar jemput anak, berkomunikasi dengan guru tentang perkembangan anaknya, menemani anak mengerjakan PR, dan hal-hal lainnya berkaitan dengan keluarga, maka kriteria itu akan sulit dilakukan oleh seorang wanita karier. Sebab, wanita karier, terutama yang bekerja di perusahaan swasta maupun instansi pemerintah, tidak punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal itu.

Apalagi jika wanita karier itu sering ke luar kota atau lembur, tentu makin berkurang lagi waktu untuk mengurus anak dan keluarga. ''Bagi wanita karier, hal yang sanggup dilakukan paling hanya menemani anak mengerjakan PR, menjadi manajer dari pembantunya, dan menyempatkan mengobrol dengan guru,'' kata alumnus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) ini. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement