REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puncak gelombang protes terhadap pelaksanaan konser Lady Gaga bakal terjadi 1 Juni mendatang. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi menilai, kedua belah pihak yang pro dan kontra mengusung argumen hak asasi manusia. Maka, kepolisian yang diminta tegas.
"HAM di Indonesia memang belum jelas kelaminnya. Apakah dia humanisme seperti yang dianut Gandhi, yaitu my nationality is my humanity atau westernisme, yang dari Barat harus diterima dan yang menolak dicap melanggar HAM," papar Kiai Hasyim, Senin (21/5).
Pendiri pondok pesantren mahasiswa Al Hikam, Depok ini menilai, ada kerancuan antara dasar pemikiran yang dipakai dua kubu. Bahkan, ada sekumpulan orang yang mengangkat pandangan Indonesianisme, yakni HAM untuk membela kepentingan kebangsaan. Kenyataan di lapangan, sebut Kiai Hasyim, yang paling getol menggunakan nama HAM adalah kaum neoliberalis dan neokomunis yang menggunting norma-norma agama.
"Inilah yang tercermin dari polemik Lady Gaga. Sebagian yang merasa tokoh agama pun bergaya western untuk memastikan keintelekan dan humanismenya. Dari sini diuji kelamin pemerintah via Polri," cetus Kiai Hasyim.
Ia pun menyarankan, sebaiknya pihak kepolisian yang langsung melarang. Lantaran kelompok-kelompok yang menggugat konser tersebut terkesan tidak bertanggungjawab. "Kalau yang membela Lady Gaga berdasarkan HAM, bagaimana kalau yang menentang juga berdasarkan HAM? Ingat membela norma pun punya HAM," ulas Kiai Hasyim.