Kamis 08 Mar 2012 20:47 WIB

Kisah Dibalik Tembok Gedung Putih (II)

gedung putih
Foto: ap
gedung putih

REPUBLIKA.CO.ID,Dingin menusuk tulang khalayak yang menyimak pidato pelantikan William Henry Harrison di gedung Capitol tahun 1841. Nekad tak mau memakai topi dan mantel, presiden berusia 68 tahun itu berpidato selama dua jam. Terlama dalam sejarah Amerika. Tetapi akibatnya, langsung saja Presiden Harrison terkena radang paru-paru, yang membawanya ke liang kubur, tak sampai 30 hari ia menjabat. Untuk pertama kalinya seorang presiden dibaringkan di East Room, Ruang Timur.

Pada usia 54 tahun Presiden John Tyler merupakan presiden pertama yang menikah selagi menjabat, setelah Ibu Negara Letitia yang cacat, meninggal. Ibu Negara baru, ulia Gardiner, mengawali tradisi dengan memerintahkan Band Korps Marine memainkan lagu ''Hail to the Chief'', yang ia pimpin sendiri dengan penuh keanggunan dan... kegelian. Ibu Negara Abigail Fillmore, terheran-heran melihat sedikitnya buku di kediamannya, kontan meminta biaya kepada Kongres untuk --pertama kali-- membuka perpustakaan Gedung Putih.

James Buchananlah satu-satunya presiden yang tidak menikah. Namun ia membawa kemenakannya yang jelita, Harriet Lane, untuk memberikan keceriaan ke dalam Gedung Putih, sebagai nyonya rumah. Pada resepsi perpisahannya, Band Marine disuruhnya memainkan ''Yankee Doodle Dandy'' dan ''Dixie''. Ia menyerahkan gedung kepada Abraham Lincoln seraya katanya, ''Jika anda bahagia memasukinya, maka andalah orang yang paling berbahagia di negeri ini.''

Tetapi justru kebahagiaan itu yang menjauhi presiden baru dan bangsanya. Nasib memurukkan Lincoln ke dalam Gedung Putih di saat perang, kesakitan; kematian dan penderitaan serta kesedihan. Baru lima pekan menjabat, ia sudah terpaksa mengirim pasukan Union ke dalam perang saudara. Perang meletus 12 April 1861.

Tak cukup dengan itu, tragedi pribadi pun menimpa presiden yang menghapuskan perbudakan ini. Gedung itu diliputi kemuraman di tahun 1862 tatkala puteranya yang berumur 11 tahun, Willie, meninggal akibat tipus. Dan tak lama setelah pelantikan Lincoln yang kedua, kepada isterinya ia ceritakan mimpi yang mengguncang batinnya. Dalam mimpi itu ia merasa dibangunkan oleh ''isak tangis memilukan'' dari arah ruang Timur. Di sana, katanya, ia melihat orang-orang yang berkabung mengelilingi tempat meletakkan peti mati. Di atasnya terbaring sesosok mayat dalam pakaian kematian.

''Siapa yang meninggal di Gedung Putih,'' sahut Lincoln, ''dibunuh oleh seorang pembunuh.'' Ternyata mimpinya menjadi kenyataan. Beberapa hari kemudian, Lincoln tewas ditembak seseorang selagi nonton teater. Nasib nyaris sial juga menimpa Andrew Johnson. Kongres mendakwanya terlibat sebuah skandal. Sementara Ibu Negara Lucy Hayes mendapat julukan ''Lemonade Lucy'' karena, seperti iseri Presiden James Polk, melarang minuman keras di Gedung Putih. Keluh para tetamu: ''Air mengalir seperti sampanye.''

Sedang Presiden Rutherford B Hayes sangat kegirangan kala melihat karya rekacipta baru: ''telepon bicara''. Di tahun 1879 ia memerintahkan pemasangannya. Nomornya: ''1''. Yang bisa dihubungi ... hanya Alexander Graham Bell, penemunya. Mesin ketik pertama dikenalkan di gedung itu setahun kemudian.

Kalau nasib malang serupa Lincoln menimpa Presiden James Garfield dan McKinley, Grover Cleveland merupakan presiden yang menjabat dua kali tetapi tidak berturut-turut. Ia diselingi Benjamin Harrison. Lampu gas di Gedung Putih diganti lampu pijar. Tapi saking takutnya kesetrum Presiden dan Ibu Negara Carrie Harrison selalu menyuruh para pelayan menghidupkan dan mematikan lampu-lampu.

Lain lagi dengan kisah Presiden William Howard Taft. Suatu waktu ia pernah tak bisa keluar dari bak mandi, akibat berat badannya yang mencapai 150 kilogram. Maka dibuatlah bak mandi yang cukup menampung 4 orang ukuran rata-rata.

Mewaris jabatan tertinggi menyusul kematian Presiden Franklin Delano Roosevelt akibat pendarahan otak di tahun 1945, Harry S Trumanlah yang menerima penyerahan Jerman dan Jepang tanpa syarat. Pada masa pemerintahannya, Gedung Putih mengalami pemugaran paling radikal sejak pembangunan kembali 1815. Balkon tambahan pada South Portico --yang cukup kontroversial-- merupakan perubahan luar terakhir yang mencolok pada gedung itu.

''Trumanlah,'' kata pakar sejarah William Seale, ''Yang, di dalam lingkup citra asli rumah tersebut, akhirnya mewujudkan istana itu ... Lantainya bertambah dari empat menjadi enam, dan kemewahan serta kenyamanannya berlipat-lipat.'' Begitupun korbannya cukup besar. Banyak benda berharga dibuang begitu saja sebagai bahan urukan, dibagi-bagikan atau dijual sepotong-sepotong sebagai cenderamata.

Lalu, mengikuti jejak Grace, isteri Presiden Calvin Coolidge, dalam masa pemerintahan Presiden John F Kennedy, Ibu Negara Jacqueline melakukan perubahan interior yang dramatik. Ia ubah Gedung Putih menjadi museum sejarah Amerika, dan ia sendirilah yang mengawasi penghiasan kembali banyak ruangan dengan benda dan karya seni.

Kini, ruang pribadi presiden dan keluarganya menempati salah satu dari 25 kamar atau lebih di lantai dua dan tiga. Banyak sekali kamar yang memiliki kenangan sejarah --Kamar Tidur Ratu, Kamar Tidur Lincoln, Ruang Oval Kuning, dan Kamar Makan Presiden. Sayap barat merupakan tempat kerja yang paling penting. Di situlah terletak ''pusat saraf'': Kantor oval, Ruang Kabinet, dan Ruang Situasi yang menjadi tempat pengamatan suasana di seluruh dunia.

Seluruhnya ada sekitar 50 ruangan di gedung utama serta delapan lagi di Sayap Timur dan Barat. Dalam kompleks itu dari atap sampai labirin bawah tanah, terdapat dapur yang mampu menyediakan 200 hidangan sekaligus: sebuah klinik dengan seorang dokter dan tiga perawat, bioskop kecil, tempat main bowling, dan ruang olahraga. Semua itu ditangani oleh 96 petugas rumah tangga.

Entah kisah apa lagi yang akan ditorehkan oleh pasangan Obama dan Michelle yang merupakan presiden pertama berkulit hitam. Tapi yang jelas, meski ketakutan akan teroris di Amerika sangat berlebihan, Gedung Putih masih menjadi ''rumah milik bangsa Amerika''. Rumah yang selalu dikunjungi lebih dari sejuta wisatawan setahunnya. Jalanan di muka gedung dan taman di seberangnya merupakan tempat orang datang untuk menyatakan maksud mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement