REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Pemimpin grup musik legendaris Soneta, H Rhoma Irama, menegaskan bahwa jihad lewat musik itu lebih efektif untuk mengubah perilaku manusia. Karena itu, dirinya memadukan musik dan dakwah.
"Jihad lewat musik itu lebih efektif. Karena, idol (idola) yang negatif akan melahirkan fans atau masyarakat yang negatif dan sebaliknya," katanya di kampus IAIN Sunan Ampel, Surabaya, Jumat.
'Raja Dangdut' itu mengemukakan hal tersebut saat menyampaikan studium general bertajuk "Musik sebagai Media Dakwah" dan mendeklarasikan "Soneta Fans Club Indonesia" (SFCI) Jawa Timur yang diketuai H Surya Aka di IAIN. Menurut Rhoma Irama, peran strategis dari seni untuk mengubah manusia itu diakui oleh Stalin. Stalin lebih suka memiliki seni atau budaya dibandingkan dengan kekuatan militer untuk kepemimpinannya.
"Stalin mengakui itu, tapi saya sempat dikritik Gus Dur bahwa tidak ada pintu dakwah untuk musik. Karena, musik itu otonom,'' katanya. ''Saya membenarkan Gus Dur karena pintu itu memang tidak ada. Tapi sebagai seniman, saya melihat ada celah meski celah itu kecil dan kecil itu sulit.''
Celah tersebut kecil karena musik dakwah bukan lirik religi dan agamis yang dinyanyikan. Tapi, lirik religi yang disatukan melalui 'kawin-isasi' atau harmonisasi antara lirik, melodi, dan beat.
"Kawinisasi itu yang sulit. Karena bukan sekadar lirik religi yang dinyanyikan, tapi lirik berunsur agama yang disatukan dengan melodi dan beat yang tentunya berbeda. Misalnya, saya menulis lirik 'hai manusia... hormati ibumu...', maka saya harus memadukan dengan melodi dan beat," katanya.