Jumat 12 Aug 2011 07:44 WIB

Program Ramadhan Masih Sebatas Hiburan Berwajah Ibadah

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Tayangan televisi mengenai Ramadhan dinilai hanya sekadar hiburan berwajah "ibadah", karena program televisi pada bulan puasa itu paling banyak dikemas dalam kategori sinetron, kata peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ratna Noviani.

"Dalam kajian yang dilakukan terhadap delapan stasiun televisi swasta ditemukan sembilan kategori program yang terkait tema Ramadhan. Di antara program tersebut, paling banyak dikemas dalam kategori sinetron," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, program Ramadhan yang dikemas dalam kategori sinetron sebanyak 29 tayangan setiap hari, diikuti "infotainment" 15 tayangan, pengajian/dakwah (13), komedi (10), "reality show" (10), kuis (10), "feature" (8), musik (5), dan "talkshow" (1).

"Kajian mendalam terhadap kategori program bertema Ramadhan di delapan stasiun televisi swasta itu menunjukkan sebagian besar program berbentuk 'Ramadhan-tainment'," kata Ketua Pusat Studi Komunikasi dan Media Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.

Misalnya, program pengajian tidak lagi asketis, tetapi berubah menjadi perayaan atau selebrasi dengan "setting" yang megah, panggung gemerlap, dan penuh hadiah jutaan rupiah.

Program Ramadhan saat ini dinilai juga "mendakwahkan" program hiburan dengan menyelipkan tausiah dalam program musik dan berbusana muslim ketika membawakan kuis.

Ia mengatakan penelitian tersebut dilakukan dengan mengamati program televisi swasta nasional selama tiga hari pertama Ramadhan 1432 Hijriyah, yang disandingkan dengan penerimaan penonton terhadap tayangan televisi yang dilakukan dengan metode "Focus Group Discussion" (FGD) yang melibatkan responden 24 ibu rumah tangga berpendidikan SMP dan SMA.

Hal yang diperoleh dari hasil FGD, menurut dia juga menunjukkan ibu-ibu rumah tangga yang menjadi informan dalam penelitian itu ternyata tidak menyambut antusias bermacam program Ramadhan yang ditawarkan televisi.

"Wajah 'Islami', menurut hasil FGD dipahami hanya sebagai sebuah strategi agar program televisi lebih laku dan banyak ditonton. Mereka berharap program edukatif diperbanyak, sedangkan program 'infotainment' dan sinetron dikurangi," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement