REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN – Sebagian warga di Desa Kertagena Tengah, Kecamatan Kadur, Pamekasan, Madura memasak menggunakan gas alam. "Sudah puluhan tahun keluarga kami memasak menggunakan gas alam seperti ini," kata warga Dusun Ruberru di desa itu, Fauzi, Ahad (10/7).
Keluarga Fauzi merupakan salah satu keluarga di kampung ini yang memanfaatkan gas alam untuk kebutuhan memasak. Sebelum jaringan listrik masuk ke desanya, gas alam yang ada di Dusun Ruberru ini tidak hanya digunakan untuk memasak, tapi juga sebagai alat penerangan warga. Namun sejak ada listrik, warga tidak lagi menggunakan gas alam.
Tidak hanya itu saja, gas alam ini juga digunakan sebagai pengering pakaian saat musim hujan. "Nyala api di gas ini kan sama dengan Elpiji, tidak ada asapnya," kata Fauzi.
Warga di Desa Kertagena Tengah sendiri menyebut gas alam peninggalan Belanda ini dengan sebutan "asep". Lokasi gas alam yang digunakan warga Dusun Ruberru ini terletak di dataran rendah, berdekatan dengan sebuah sumur minyak bumi yang juga terletak di dusun tersebut.
Pada jaman penjajahan Belanda, konon menurut warga setempat, daerah itu memang merupakan lokasi sumber minyak. Bahkan tabung gas di lahan milik warga kini digunakan warga dusun itu untuk kebutuhan memasak juga dipasang oleh Belanda.
Dari sisi bentuk, tabung yang terbuat dari baja ini memang terlihat sudah kuno.
Di bagian atas tabung itu terdapat banyak lubang kecil seukuran pipa paralon yang dijadikan alat untuk mengalirkan gas alam tersebut ke rumah-rumah warga yang ada di dusun itu.
Menurut Fauzi, dulu hampir semua rumah warga di Desa Kertagena Tengah, Kecamatan Kadur, memanfaatkan gas alam untuk kebutuhan sehari-hari ini. Baik untuk memasak ataupun berbabagi jenis kebutuhan lainnya.
Bahkan para penjual balon di wilayah kecamatan Kadur, Pamekasan, banyak yang berdatangan untuk mengisi gas alam di Dusun Ruberru. Tapi sejak ada bantuan Elpiji gratis dari pemerintah, gas alam yang ada di dusun itu kurang dimanfaatkan masyarakat. "Sekarang yang masih bertahan menggunakan gas alam ini sekitar lima keluarga. Termasuk keluarga saya sendiri," tutur Fauzi.
Menurut Kepala Desa Kertagena Tengah, Samak, pihaknya berencana akan meminta Pemkab Pamekasan melakukan penelitian kemungkinan potensi gas alam dan sumber minyak yang ada di desanya, mengingat di sekitar aliran sungai yang tak jauh dari lokasi gas alam tersebut juga banyak keluar sumber minyak.
"Orang di sini menyebutnya dengan 'lantong'. Itu sebenarnya minyak mentah. Siapa tahu di sini ada potensi sumber minyak," ujar Samak.