Rabu 03 Nov 2010 17:47 WIB

Anak Korban Pelecehan Seks Berisiko Kena Skizofrenia Saat Dewasa

Rep: c31/ Red: Siwi Tri Puji B
Ilustrasi kekerasan terhadap anak.
Foto: wordpress.com
Ilustrasi kekerasan terhadap anak.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Anak korban pelecehan seksual berisiko lebih besar terkena skizofrenia di kemudian hari, demikian diungkapkan oleh para peneliti Australia. Studi itu menunjukkan kekerasan seksual yang terjadi lebih dari dua kali, memungkinkan seorang anak terkena skizofrenia saat mereka dewasa.

Risiko ini bahkan lebih tinggi jika kekerasan seksual terjadi pada tahun-tahun remaja awal. Margaret Cutajar, dari Monash University di Victoria dan rekan-rekannya menemukan, hampir satu dari lima orang dewasa yang telah diperkosa saat mereka berusia 13 dan 15 tahun, oleh lebih dari satu orang, akhirnya menderita skizofrenia.

Dalam laporannya, yang dipublikasikan dalam Archives of General Psychiatry, mereka mengatakan hasil baru penelitian tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat antara pelecehan dan psikosis di kemudian hari. Namun, setidaknya mereka dapat membantu untuk menunjukkan sekelompok orang yang akan mendapat manfaat dari bantuan profesional.

Para peneliti menghubungkan data tiga dekade dari polisi dan pemeriksaan medis di sebuah register kesehatan mental di negara bagian Australia Victoria. Kemudian mereka membandingkan tingkat penyakit psikotik antara orang-orang yang menjadi korban kekerassan seksual sebelum usia 16 tahun dan kelompok kontrol orang dari daftar pemilih.

“Desain itu membuat penelitian menonjol, karena persimpangan antara masalah kesehatan mental dan penyalahgunaan masa kanak-kanak merupakan daerah yang sulit untuk diselidiki,” kata Mark Shevlin, seorang profesor psikologi di Universitas Ulster di Londonderry, Irlandia Utara.

Banyak penelitian hingga saat ini, sambung Shevlin, telah mengandalkan pemulihan retrospektif pengalaman traumatis. “Dan pemulihan, tidak selalu dapat diandalkan,” ujarnya. Dia menekankan temuan tidak mengartikan pelecehan seksual kemudian memicu psikosis segera. Karena bisa saja psikosis timbul akibat faktor risiko lain seperti kemiskinan atau situasi keluarga yang sulit.

Meski begitu, katanya, anak-anak yang mengalami kekerasan seksual, terutama oleh anggota keluarga, mungkin menjadi cemas dan melihat dunia sebagai tempat yang mengancam mereka."Hal-hal ini mungkin bisa menjelaskan hal-hal seperti keyakinan paranoid. Faktor lingkungan jelas sangat berpengaruh dalam perkembangan masalah kesehatan yang serius." kata Shevlin.

Craig Steel, seorang ahli dalam trauma psikologis di Reading University di Inggris, mengatakan, meskipun kedua pemerintah yakni AS dan Inggris merekomendasikan penggunaan terapi perilaku kognitif di samping pengobatan, psikiater cenderung tidak fokus pada sejarah pribadi pasien.

"Setidaknya penelitian ini menambah bobot fakta bahwa, sebagai dokter ketika dihadapkan dengan orang-orang dengan skizofrenia, penilaian trauma harus menjadi bagian rutin latihan kami," kata Steel.

 

Anak-anak tidak satu-satunya yang bisa mendapatkan bekas luka psikologis kekerasan seksual, meskipun mereka mungkin sangat rentan. Orang dewasa yang mengalami kekerasan seksual di usia dewasa juga rentan mengalami luka psikologis. Dalam sebuah penelitian terbaru tentang perempuan Denmark, kata Shevlin, mereka yang yang menjadi korban perkosaan, kemungkinan menerima diagnosis psikosis di kemudian hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement