Sabtu 15 Nov 2025 10:57 WIB

Studi: 97 Persen Orang Enggak Bisa Bedain Musik Karya Manusia dan Al

Sebagian besar responden khawatir AI akan menghasilkan musik berkualitas rendah.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Musisi AI (ilustrasi). Sebuah studi terbaru dari Deezer dan perusahaan riset Ipsos mengungkapkan 97 persen orang tidak dapat membedakan antara musik asli dan musik yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (Al).
Foto: Dok. Freepik
Musisi AI (ilustrasi). Sebuah studi terbaru dari Deezer dan perusahaan riset Ipsos mengungkapkan 97 persen orang tidak dapat membedakan antara musik asli dan musik yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (Al).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru dari Deezer dan perusahaan riset Ipsos mengungkapkan 97 persen orang tidak dapat membedakan antara musik asli dan musik yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (Al). Survei yang melibatkan 9.000 responden dari delapan negara ini meminta peserta untuk mendengarkan tiga lagu dan menebak mana yang dihasilkan oleh Al.

Hasilnya, 97 persen responden gagal dalam menebak, dengan lebih dari separuh peserta (52 persen) merasa tidak nyaman karena tidak bisa membedakan lagu-lagu tersebut. Lalu 71 persen juga merasa terkejut dengan temuan ini.

Baca Juga

Menurut studi ini, 55 persen responden mengaku tertarik untuk mendengarkan musik yang dihasilkan Al. Sebanyak 66 persen lainnya mengatakan akan mendengarkannya sekali saja karena penasaran.

Namun demikian, kepercayaan terhadap Al juga masih rendah, dengan hanya 19 persen responden yang merasa bisa mempercayai musik buatan Al. Sebagian besar (51 persen) khawatir penggunaan Al dalam musik akan menghasilkan karya yang lebih generik dan berkualitas rendah.

"Hasil survei ini jelas menunjukkan ada kekhawatiran tentang bagaimana musik yang dihasilkan Al akan memengaruhi mata pencaharian para artis, dan bahwa perusahaan Al seharusya tidak diperbolehkan melatih model mereka menggunakan materi berhak cipta," kata CEO Deezer, Alexis Lanternier, seperti dilansir laman NME, Sabtu (15/11/2025).

Studi ini juga menyoroti tren yang semakin berkembang dalam industri musik, dengan 28 persen dari seluruh musik yang diunggah ke Deezer kini dihasilkan oleh Al. Namun, penggunaan Al dalam industri musik menimbulkan kontroversi lebih lanjut, dengan beberapa studi memperingatkan bahwa pekerja musik dapat kehilangan sekitar 25 persen dari penghasilannya dalam empat tahun mendatang karena dampak teknologi ini.

Pada September, Spotify mengonfirmasi bahwa mereka akan menindak penggunaan Al dengan menghapus 75 juta lagu spam dan menargetkan akun-akun peniru artis. "Teknologi Al berkembang sangat cepat, dan kami akan terus meluncurkan kebijakan baru secara berkala," kata Spotify.

Langkah ini mengikuti laporan yang menyebut bahwa lagu-lagu yang dihasilkan Al diunggah ke profil musisi yang sudah meninggal di Spotify tanpa izin. Pada awal tahun ini, sebuah "band" hasil Al bernama The Velvet Sundown menjadi sorotan setelah memperoleh sekitar 400 ribu pendengar bulanan di Spotify meskipun baru eksis kurang dari sebulan.

Musisi Al Xania Monet juga menjadi sorotan karena menandatangani kontrak rekaman bernilai jutaan dolar dan menjadi artis Al pertama yang masuk dalam peringkat Billboard AS. Paul McCartney, Kate Bush, dan Elton John termasuk artis besar Inggris yang mendesak Keir Starmer untuk melindungi karya kreatif seniman. Sejumlah musisi di Inggris juga mendesak pemerintah untuk mengubah undang-undang hak cipta guna menghadapi kemajuan cepat teknologi ini.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement