Kamis 11 Sep 2025 21:57 WIB

Transformasi Batik Jakarta, Monas dan Ondel-Ondel Jadi Motif Populer Sejak 2009

Penambahan ikon-ikon populer ini menjadikan batik Jakarta lebih mudah dikenali.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Motif ondel-ondel yang sedang dikerjakan pengrajin batik yang merupakan warga dari Pejaten Barat di Sanggar Batik Pejabat di halaman Kantor Kelurahan Pejabat Barat, Jakarta, Jumat (24/1/2025). Motif-motif khas Jakarta seperti ondel-ondel dan Monas (Monumen Nasional) mulai banyak dimasukkan ke dalam desain batik.
Foto: Republika/Prayogi
Motif ondel-ondel yang sedang dikerjakan pengrajin batik yang merupakan warga dari Pejaten Barat di Sanggar Batik Pejabat di halaman Kantor Kelurahan Pejabat Barat, Jakarta, Jumat (24/1/2025). Motif-motif khas Jakarta seperti ondel-ondel dan Monas (Monumen Nasional) mulai banyak dimasukkan ke dalam desain batik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak tahun 2009, motif batik di Jakarta mulai menunjukkan perkembangan yang mencerminkan identitas budaya ibu kota. Jika sebelumnya motif batik Betawi cenderung sederhana, kini perpaduan unsur tradisional dan modern semakin menonjol.

Motif-motif khas Jakarta seperti ondel-ondel dan Monas (Monumen Nasional) mulai banyak dimasukkan ke dalam desain batik. Perubahan ini digerakkan oleh inisiatif Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mempromosikan batik sebagai bagian integral dari warisan budaya Jakarta. Langkah ini tidak hanya bertujuan melestarikan seni batik, tetapi juga untuk menumbuhkan rasa bangga masyarakat Jakarta terhadap identitas mereka.

Baca Juga

Penambahan ikon-ikon populer ini menjadikan batik Jakarta lebih mudah dikenali dan menarik bagi generasi muda, sekaligus memperkuat citra Jakarta sebagai kota yang kaya akan tradisi. "Batik pengembangan seperti motif ondel-ondel, motif Monas, landmark yang lain, ataupun ciri khas kebudayaan di masing-masing daerah itu. Pengembangannya setelah 2009 ketika UNESCO menetapkan (batik) warisan budaya tak benda," kata Ketua Satuan Pelaksana Koleksi, Informasi, dan Edukasi Unit Pengelola Museum Seni Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Ardi Hariyadi, pada Kamis (11/9/2025).

Ardi dalam acara Komunitas Pembelajar Membatik bertema "Pengenalan Motif dan Ragam Hias Batik" mengatakan awal kain batik berkembang pesat di Jakarta yakni saat bangsa Eropa datang ke Jakarta (dulu bernama Batavia). Kain batik kala itu menjadi diperdagangkan dan di Batavia dengan konsumennya adalah orang-orang Eropa.

"Batik menjadi salah satu hal yang menarik untuk mereka (orang Eropa). None-none Belanda itu selalu memasangkan batik dengan kebaya. Motif-motif yang Buketan terus yang berkaitan dengan Eropa itu dibuatnya untuk pasar di Batavia," ujar Ardi.

Adapun, aspek batik sendiri terbagi dua yakni pedalaman dan pesisiran. Keduanya berbeda mulai dari sisi asal daerah, pengaruh budaya, motif, warna, teknik, makna filosofis, penggunaan awal hingga fungsi.

"Batik pedalaman dan batik pesisiran ini dapat memudahkan untuk identifikasi motif-motif yang berkembang di Indonesia. Tapi untuk saat ini memang untuk batik pengembangan, sangat terbuka luas sekali untuk motif-motifnya," kata Ardi.

Lalu, seiring waktu dan hingga kini, batik dikembangkan motifnya. Bahkan, sambung Ardi, lima wilayah Kota Jakarta dan Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki motif batiknya masing-masing.

"Jadi memang diperbolehkan untuk memakai motif-motif yang terjadi di perkembangannya. Tapi memang, ketika kita bicara batik, memang prosesnya harus menggunakan lilin malam dan juga canting ataupun cap. Saya menggunakan batik, berarti memang batiknya harus batik tulis atau batik cap," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement