Sabtu 23 Aug 2025 17:34 WIB

Bahasa Slang Gen Alpha Bikin AI ‘Mati Kutu’, Ancaman Siber Intai Anak

Keterbatasan Al memahami bahasa slang dinilai bisa berdampak serius.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Perundungan siber (ilustrasi). Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan (Al) sulit memahami bahasa slang Generasi Alpha.
Foto: Dok. Freepik
Perundungan siber (ilustrasi). Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan (Al) sulit memahami bahasa slang Generasi Alpha.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan (Al) sulit memahami bahasa slang Generasi Alpha. Kondisi ini dinilai berbahaya karena konten perundungan atau ujaran kebencian berpotensi lolos dari deteksi sistem, sehingga anak menjadi lebih rentan terhadap ancaman di dunia maya.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Manisha Mehta dan dipresentasikan dalam konferensi internasional Association for Computing Machinery's Conference on Fairness, Accountability and Transparency di Athena, Yunani. Dalam studinya, Manisha menyoroti bagaimana Al yang kini banyak digunakan untuk memoderasi konten bermasalah di media sosial kesulitan dalam mengenali istilah-istilah slang seperti rizz, sigma, ate that up, hingga in my flop era. la menguji 100 istilah populer Gen Alpha kepada empat kelompok responden yakni anak-anak, orang tua, moderator konten profesional, dan model Al.

Baca Juga

Hasilnya, anak-anak dari Gen Alpha memahami lebih dari 95 persen istilah tersebut. Sementara itu, Al hanya mengenali sekitar 35 hingga 65 persen, tergantung konteksnya. Orang tua juga hampir tidak memahami sebagian besar bahasa slang yang diuji.

"Bahasa gaul anak-anak sekarang berubah sangat cepat. Dalam hitungan minggu, istilah baru bisa muncul dan yang lama menghilang," ujar Manisha dilansir laman CBC, Sabtu (23/8/2025).

la menilai keterbatasan Al dalam memahami slang bisa berdampak serius, terutama karena bahasa gaul kerap digunakan untuk menyamarkan ujaran kebencian atau perundungan di dunia maya. Salah satu contoh yang ia sebut adalah singkatan "KYS", akronim dari "kill yourself" (bunuh diri), yang dapat luput dari pantauan sistem otomatis jika tidak dikenali sebagai istilah berbahaya.

"Kalau Al dan orang tua tidak mampu mengenali ini, siapa yang bisa?" kata Manisha.

Penelitian ini mendapatkan perhatian dari kalangan akademisi, termasuk Prof Fausto Giunchiglia dari Universitas Trento, Italia, yang mendorong agar Manisha mempublikasikan temuannya ke komunitas ilmiah internasional. Penelitian ini menyoroti pentingnya pembaruan sistem Al agar mampu mengikuti perkembangan bahasa gen Alpha dan melindungi mereka dari potensi ancaman yang tersembunyi di balik komunikasi daring sehari-hari.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement