Rabu 20 Aug 2025 00:27 WIB

Kamus Cambridge Tambahkan Istilah Viral TikTok ke Bahasa Inggris, Dari Skibidi Hingga Delulu

Budaya internet kian memengaruhi perkembangan bahasa Inggris modern.

Logo TikTok ditampilkan pada telepon seluler di depan layar komputer yang menampilkan beranda TikTok, Sabtu, 18 Maret 2023, di Boston.
Foto: AP
Logo TikTok ditampilkan pada telepon seluler di depan layar komputer yang menampilkan beranda TikTok, Sabtu, 18 Maret 2023, di Boston.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamus Cambridge telah menambahkan sejumlah frasa TikTok baru ke dalam bahasa Inggris, Senin (18/8). Manajer program leksikal Kamus Cambridge Colin McIntosh mengatakan budaya internet mengubah bahasa Inggris dan dampaknya sangat menarik untuk diamati dan diabadikan dalam kamus.

"Tidak setiap hari kita bisa melihat kata-kata seperti 'skibidi' dan 'delulu' masuk ke dalam Kamus Cambridge. Kami hanya menambahkan kata-kata yang kami yakini akan bertahan lama," tambah McIntosh.

Baca Juga

Istilah "skibidi" menjadi populer berkat Skibidi Toilet, sebuah video animasi viral yang awalnya muncul di Youtube dan menampilkan kepala manusia yang menyembul dari toilet.

Kamus Cambridge mendefinisikan skibidi sebagai "kata yang dapat memiliki arti berbeda seperti 'keren' atau 'buruk', atau dapat digunakan tanpa makna yang sebenarnya sebagai lelucon,' contohnya: 'Skibidi apa yang kau lakukan?'"

"Tradwife" merujuk pada influencer yang secara sosial konservatif yang mengunggah di TikTok merayakan kepedulian mereka terhadap suami, anak, dan rumah, sementara "delulu", singkatan dari delusional, didefinisikan sebagai "mempercayai hal-hal yang tidak nyata atau benar, biasanya karena Anda memilih untuk melakukannya."

Namun, orang-orang dari generasi yang lebih tua atau mereka yang tidak menggunakan TikTok tidak terlalu senang dengan normalisasi kata-kata tersebut.

"Otak skibidi merangkum generasi yang fasih dalam ironi tetapi haus akan makna. Media hiper-kaotik semacam ini berfungsi sebagai hiburan sekaligus pandangan dunia yang ambien bagi para pemuda yang dibesarkan secara daring. Pikiran mereka menormalkan lelucon sebagai ekspresi," kata penulis dan seniman AS Lee Escobedo.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement