Rabu 13 Aug 2025 18:03 WIB

Kesehatan Mental di Keluarga, Wamendukbangga: Orang Tua Harus Jadi Pendengar

Kesadaran kesehatan mental menguat, orang tua perlu aktif mendengar.

Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN Ratu Isyana Bagoes Oka dan Direktur Jenderal Polulasi, Kementerian Pelayanan Kesehatan Nasional, Regulasi dan Koordinasi, Pakistan, Soofia Yunus, saat memberikan keterangan di Kantor Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, Jakarta Timur, Jumat (25/4/2025).
Foto: Republika.co.id/Bayu Adji P
Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN Ratu Isyana Bagoes Oka dan Direktur Jenderal Polulasi, Kementerian Pelayanan Kesehatan Nasional, Regulasi dan Koordinasi, Pakistan, Soofia Yunus, saat memberikan keterangan di Kantor Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, Jakarta Timur, Jumat (25/4/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamendukbangga)/Wakil Kepala BKKBN Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka menyebut pentingnya orang tua aktif mendengarkan para remaja untuk merespons kesadaran kesehatan mental yang semakin menguat di antara mereka.

“Kita tahu bahwa pengasuhan remaja hari ini jauh lebih kompleks. Mereka hidup dalam dunia yang serba cepat, penuh tekanan, dan seringkali tidak bersahabat bagi kesehatan mental mereka. Dalam situasi seperti ini, anak-anak kita tidak cukup hanya didampingi secara fisik, mereka membutuhkan kita untuk hadir sebagai pendengar, pelindung, sekaligus teladan," ujar Isyana saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Ia memahami bahwa kini sebagian besar menjalani peran ganda sebagai orang tua sekaligus pekerja, namun, hal tersebut tidak boleh mengurangi hubungan antara orang tua dengan remaja, justru perlu dipererat untuk menguatkan kembali komunikasi antara orang tua dan anak agar bisa bersama-sama menghadapi tantangan yang semakin kompleks.

Isyana juga mengemukakan pentingnya membentuk ekosistem kerja yang selaras dengan nilai-nilai keluarga, memperkuat peran orang tua untuk membentuk remaja yang tangguh dengan menyeimbangkan semangat profesionalitas dan kehangatan dalam keluarga.

Sementara itu, Figur Publik Yosi Mokalu menuturkan pentingnya peran mendengarkan dalam berkomunikasi. Salah satu gaya komunikasi yang baik dengan anak adalah dengan memberikan pertanyaan, sehingga dapat membantu anak mengasah nalar untuk menemukan jawaban-jawaban yang diajukan oleh orang tua.

Sedangkan Konselor Pendidikan Johana Rosalina mengemukakan, komunikasi yang selaras antara orang tua dan remaja dapat terbangun saat orang tua menerapkan pola asuh membangun harga diri anak dengan pola asuh yang demokratis, misalnya membiasakan pertemuan keluarga, berbincang bersama, berlibur bersama, dan berdoa bersama.

Pola komunikasi membangun harga diri anak pun dapat diterapkan dengan berhenti mengkritik, lalu menggantinya dengan memberikan masukan yang membangun dan lebih murah hati dalam memberikan pujian.

Kelas Orang Tua Bersahaja (Bersahabat dengan Remaja) bertema “Merdeka dari Ruang Kerja ke Ruang Hati: Membangun Komunikasi yang Selaras antara Peran Sebagai ASN dan Orang Tua" diselenggarakan oleh Kemendukbangga/BKKBN dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia secara hibrida pada Selasa (12/8).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement