Selasa 12 Aug 2025 14:14 WIB

Pasangan Hendra dan Patricia, serta Ankit Berlari demi Galang Donasi untuk Gaza

Tiga pelari melakukan charity run dari Jakarta menuju Bali, selama 16 hari demi Gaza.

Ankit Kumar, Hendra Siswanto, dan Patricia Lisia berlari dari Jakarta ke Denpasar, Bali demi menggalang donasi untuk warga Gaza, Palestina.
Foto: Miles for Meals
Ankit Kumar, Hendra Siswanto, dan Patricia Lisia berlari dari Jakarta ke Denpasar, Bali demi menggalang donasi untuk warga Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Antara

Mengemban misi kemanusiaan, tiga pelari melakukan charity run dari Jakarta menuju Bali. Selama 16 hari, mereka menggalang donasi untuk menyediakan makanan bagi anak-anak di Gaza, Palestina.

Mereka adalah pasangan suami-istri, Hendra Siswanto (45 tahun) dan Patricia Lisia (45), serta Ankit Kumar (31). Ketiganya yang berlari mulai 2 Agustus dari titik start di Patung Kuda, Jakarta Pusat dan menargetkan finish di Pantai Jerman, Kuta, Kota Denpasar, Bali pada 17 Agustus 2025.

"Karena pelarinya Indonesia dan juga Ankit orang India, kami sekaligus merayakan hari kemerdekaan bagi dua negara dengan berbuat sesuatu," kata Patricia lewat sambungan telepon di Jakarta, Senin (11/8/2025) malam WIB.

"Ini idenya Ankit, kebetulan Ankit adalah vegetarian dan banyak bergerak di kemanusiaan. Dia setahun terakhir ini menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk disumbangkan ke World Food Programme di Gaza," kata Patricia menambahkan.

Bagi Patricia, menggalang dana melalui lari jarak jauh, menjadi salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan untuk kemanusiaan dan perdamaian di Palestina. Meskipun, sebetulnya Patricia bukan pelari, melainkan pesepeda.

Lari terpanjang yang pernah ia jalani maksimal 200 kilometer. Patricia menyebut, selama ini berperan sebagai pendukung, mendampingi sang suami yang memang menggeluti lari.

Hendra Siswanto, yang akrab dipanggil Hensis, mulai 2014, konsisten lari jarak jauh. Kemudian sejak 2017, ia bertekad berlari bukan demi dirinya sendiri. Setiap tahun, Hensis berlari amal untuk menggalang donasi bagi anak-anak yang membutuhkan.

Dua bulan lalu, Ankit mengajaknya dalam gerakan kemanusiaan untuk anak-anak Palestina. Dia mengundurkan diri dari lari amal rutin tahunannya pada 2025 demi misi yang lebih besar ini.

Hensis memutuskan bergabung dalam charity run bertajuk Miles for Meals sejauh 1.600 kilometer (km) ini. Saat finish nanti, kegiatan lari ini bakal menjadi rekor baru bagi Hensis, lima kali lipat dari lari terjauh yang pernah ia lakukan.

Persiapan khusus dilakukan sebelum menerjang jalanan Pulau Jawa hingga Bali. Hensis menambah jarak. Biasanya ia berlatih lari 70 km dalam sepekan, lalu secara bertahap mencapai 200 km per pekan atau sekitar 30 km setiap hari.

Risiko kelelahan

Pada hari ke-10 perjalanan, para pelari mencapai daerah Bojonegoro, Jawa Timur. Jarak harian diatur ulang, mempertimbangkan kondisi badan mereka yang mulai turun karena kelelahan.

"Sampai dengan hari ke-8 masih sesuai target, yaitu 90-100 kilometer per hari, tapi hari ke-9 dan ke-10 mulai drop, jadi cuma bisa 70-75 kilometer per hari," kata Patricia.

Target semula 1.600 km dikoreksi menjadi 1.500 km untuk Ankit dan Hensis. Sedangkan Patricia tetap dengan tujuan awal, 1.000 km perjalanan. Setiap hari, mereka bersiap-siap sejak pukul 5.30 pagi untuk mulai lari pukul 06.00.

Selama 15-17 jam dihabiskan di jalanan. Dengan waktu cut-off pukul 23.00, ketiganya punya waktu istirahat enam jam. Dengan hitungan itu, waktu tidur mereka hanya selama empat sampai lima jam.

Di tengah tantangan besar itu, bahan bakar semangat tak habis berkat para pelari lokal di setiap daerah yang dilewati. Di berbagai titik setiap kota, pelari lokal bergabung dengan Miles for Meals atas nama solidaritas dan dukungan.

Para pelari lokal menemani tim pelari utama. Mereka lari bersama sejauh 10 km, 20 km, ada pula yang hingga 100 km. "Kami merasakan juga euforia kebahagiaan di antara komunitas pelari seluruh Indonesia. Bahkan ada yang menyediakan rumahnya untuk kami menginap ketika sedang jauh dari titik penginapan," kata Patricia.

"Sesuai dengan kapasitas pelari, ya. Plan awal kami akan setop di daerah yang memang terdapat hotel, tapi ternyata larinya sudah nggak sanggup," ucap Patricia melanjutkan. 

Dana donasi

Masing-masing pelari menanggung sendiri dana operasional yang mesti dikeluarkan. Biaya sewa mobil, kru, dan logistik harian berkisar Rp 2 juta per orang. Sedangkan hasil donasi akan disalurkan sepenuhnya bagi anak-anak di Gaza. Awalnya, mereka memasang target Rp 100 juta. Dalam beberapa hari, target itu telah terlewati.

Kini, target dinaikkan menjadi Rp 200 juta, dengan dana terkumpul hingga Selasa (12/8) siang mencapai Rp 152 juta pada platform donasi daring Ayobantu.com. Ankit juga membuka donasi daring pada platform internasional, nilainya Rp 160 juta.

Donasi terkumpul akan dikonversi menjadi porsi makanan yang kemudian disalurkan oleh World Food Programme, organisasi pangan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kesulitan pangan masyarakat Palestina kian memprihatinkan.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement