Jumat 01 Aug 2025 15:29 WIB

Musisi Dunia 'Cabut' dari Spotify, CEO-nya Dituding Danai Perusahaan Senjata AI

Ada musisi yang lebih 'rela' musiknya dibajak daripada harus didengarkan di Spotify.

Rep: Mg161/ Red: Qommarria Rostanti
Logo Spotify. Beberapa musisi dunia memutuskan menarik musiknya dari Spotify karena dugaan keterlibatan CEO Spotify, Daniel Ek, dalam investasi yang dinilai kontroversial.
Foto: AP Photo/Patrick Semansky, File
Logo Spotify. Beberapa musisi dunia memutuskan menarik musiknya dari Spotify karena dugaan keterlibatan CEO Spotify, Daniel Ek, dalam investasi yang dinilai kontroversial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang protes etis melanda industri musik global dengan sejumlah musisi internasional mengambil sikap tegas terhadap Spotify. Protes ini bukan lagi tentang royalti yang rendah, melainkan tentang dugaan keterlibatan CEO Spotify, Daniel Ek, dalam investasi yang dinilai kontroversial.

Dilansir laman Music Business World Wide pada Jumat (1/8/2025), aksi ini dipicu oleh keputusan Ek untuk mendanai Helsing, sebuah perusahaan teknologi pertahanan berbasis kecerdasan buatan (AI), dengan investasi senilai €600 juta (Rp11,3 triliun).

Baca Juga

Helsing, yang didirikan pada 2021, berspesialisasi dalam pengembangan perangkat lunak pertahanan berbasis AI. Namun, cakupan produk mereka lebih dari sekadar itu. Perusahaan ini juga memproduksi drone, seperti HX2, dan telah mengembangkan sistem "Centaur" yang disebut mampu mengintegrasikan pilot AI canggih ke dalam kokpit pesawat tempur yang sudah ada maupun yang akan datang. Hal tersebut memicu reaksi keras di kalangan musisi yang merasa nilai-nilai kemanusiaan mereka terancam.

Band indie rock asal San Francisco, Deerhoof, menjadi salah satu pelopor gerakan ini. Melalui pernyataan di akun Instagram mereka, @deerhoof, mereka mengumumkan keputusan untuk menarik semua karya musik dari platform Spotify. Mereka mengkritik Daniel Ek secara personal, menyebutnya sebagai sosok yang tidak etis.

"Ek bukanlah seorang pebisnis yang jujur, dia adalah seorang penipu. Seorang yang sangat kaya dan seorang penipu hebat," ujar mereka.

Mereka merasa tidak nyaman jika musik yang mereka ciptakan, yang seharusnya menjadi medium ekspresi dan kedamaian, dimanfaatkan dalam konteks yang bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka pegang. "Kami tidak ingin musik kami membunuh orang. Kami tidak ingin kesuksesan kami terlibat dalam peperangan teknologi AI," kata mereka.

Sikap ini dengan cepat menular ke musisi lain. Band rock asal Australia, King Gizzard & the Lizard Wizard, turut serta dalam protes. Dalam sebuah postingan di akun Instagram mereka, @kinggizzard, band ini mengumumkan koleksi demo terbaru mereka yang tersedia di semua platform kecuali Spotify. Sebagai bentuk perlawanan yang lebih tegas, mereka bahkan menambahkan, "You can bootleg it if you wanna" yang secara terbuka "mengizinkan" para penggemar untuk membajak lagu-lagu mereka daripada mendengarkannya melalui Spotify.

Gelombang protes juga diikuti oleh band eksperimental asal Amerika Serikat, Xiu Xiu. Melalui akun Instagram mereka, @xiuxiuforlife, mereka menyatakan sedang berupaya menghapus seluruh lagu dari portal Spotify. "Kami sedang berusaha untuk mengeluarkan semua lagu kami dari Spotify. Proses ini memakan waktu lebih lama dari yang kita harapkan karena prosedur yang komplek. Namun, hal ini akan selesai secepatnya," tulis pernyataan Xiu Xiu.

Xiu Xiu juga membawa isu ini ke dalam konteks yang lebih luas, menyoroti keterlibatan negara-negara besar dalam konflik bersenjata. Mereka menyinggung Jerman sebagai pemberi bantuan militer terbesar kedua ke Israel setelah Amerika Serikat. Dalam unggahan mereka, Xiu Xiu menulis, "Jerman adalah negara pemberi bantuan militer terbesar kedua ke Israel setelah AS. Saya tidak bisa membayangkan ada produsen senjata yang sepanjang sejarah hanya pernah memberikan dukungan kepada pihak yang 'baik'," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement