Senin 23 Jun 2025 07:27 WIB

Gen Z Paling Melek Isu Global, tapi Paling Rentan ‘Kena Mental’?

Gen Z dilaporkan merasa kewalahan akibat berbagai isu negatif.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Gen Z. Menurut studi, Gen Z paling melek isu global tapi rentan mengalami kecemasan dan tekanan mental lainnya. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Gen Z. Menurut studi, Gen Z paling melek isu global tapi rentan mengalami kecemasan dan tekanan mental lainnya. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan bahwa generasi Z memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu global bahkan aktif membaca berita dibandingkan generasi lainnya. Namun di balik kepedulian itu, mereka justru rentan diliputi perasaan kewalahan, cemas, dan mengalami tekanan mental akibat krisis global yang terus berlangsung.

Hal ini terungkap dalam laporan terbaru dari Global Coalition for Youth Mental Health, sebuah inisiatif yang dipimpin UNICEF bersama sejumlah mitra dari sektor swasta, yang dirilis dalam ajang Social Innovation Summit di San Francisco.

Baca Juga

Studi ini melibatkan lebih dari 5.600 responden berusia 14-25 tahun dari berbagai negara. Hasilnya, 6 dari 10 Gen Z mengaku lebih sering mengonsumsi berita dibandingkan jenis konten lain. Dampaknya, mereka justru merasa kewalahan akibat berbagai isu negatif, mulai dari konflik geopolitik, krisis iklim, hingga ketidakpastian ekonomi.

Laporan ini juga mengungkap minimnya dukungan mental terhadap generasi Z. Sebanyak 40 persen responden mengaku masih merasakan stigma saat berbicara tentang kesehatan mental di sekolah atau tempat kerja. Sementara itu, hanya setengah dari responden yang tahu ke mana harus mencari bantuan atau dukungan ketika mengalami masalah mental.

"Laporan ini memberikan gambaran jelas tentang keresahan yang dirasakan anak muda hari ini. Mereka punya harapan dan komitmen untuk menciptakan dunia yang lebih baik, namun tidak cukup mendapat dukungan untuk menjaga kesehatan mental mereka," kata Direktur Penggalangan Dana dan Kemitraan Swasta UNICEF, Carla Haddad Mardini, dilansir dari laman UNICEF, Senin (23/6/2025).

Meski begitu, sekitar 60 persen responden tetap merasa optimistis dan ingin berperan dalam menciptakan masa depan yang lebih baik. Yang menarik, generasi Z juga memandang aktivitas sederhana seperti berjalan kaki, bermain, atau berkumpul dengan orang terdekat sebagai cara paling efektif dalam menjaga keseimbangan mental.

Direktur Penggalangan Dana dan Kemitraan Swasta UNICEF,  Carla Haddad Mardini, menyebut laporan ini sebagai pengingat bahwa generasi muda membutuhkan sistem pendukung yang nyata agar bisa berfungsi secara optimal, baik secara individu maupun sosial. "Generasi ini memiliki harapan dan kapasitas untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Tugas pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil adalah memastikan mereka memiliki sumber daya dan dukungan yang mereka butuhkan," ujar Mardini.

Koalisi untuk Kesehatan Mental Remaja ini dibentuk oleh UNICEF bersama Zurich Foundation dan didukung oleh sejumlah perusahaan global seperti Pinterest hingga Spotify. Hingga saat ini, koalisi telah menginvestasikan lebih dari 35 juta dolar AS untuk mendukung inisiatif kesehatan mental anak dan remaja secara global.

Beberapa perusahaan yang terlibat menyatakan komitmennya secara terbuka. Spotify misalnya, meluncurkan inisiatif Our Minds Matter Hub dengan merilis platform berisi musik, podcast, dan audiobook yang dirancang khusus untuk mendukung kesehatan mental Gen Z.

Koalisi kini menyerukan lebih banyak keterlibatan dari sektor swasta menjelang Sidang Umum PBB pada bulan September mendatang, yang akan mengangkat isu penyakit tidak menular dan kesehatan mental. Tujuannya guna merumuskan solusi nyata agar anak, remaja, dan orang tua memiliki akses yang layak terhadap layanan promosi, pencegahan, dan perawatan kesehatan mental.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement