REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Pembawa berita perempuan Iran, Sahar Emami, muncul sebagai simbol keberanian dan ketahanan. Ia menjadi pusat perhatian dunia setelah sebuah bom Israel menghantam markas besar televisi Pemerintah Iran saat siaran langsung.
Dilansir laman Aljazeerah, peristiwa dramatis ini terjadi selama siaran berita langsung di IRIB (Islamic Republic of Iran Broadcasting) pada Senin (16/7/2025), di mana Emami, dengan keberanian yang luar biasa, menghadapi situasi genting tersebut. Saat ledakan terjadi, asap dan puing memenuhi layar. Emami sesaat terlihat meninggalkan studio, sementara terdengar suara di studio menyerukan, “Allah Maha Besar.”
Ketika studio bergetar dan kekacauan tak terlihat di balik layar mulai terjadi, Emami sempat meninggalkan mejanya untuk mencari perlindungan. Namun, hanya beberapa menit kemudian, ia kembali ke meja pembawa berita, tanpa terlihat goyah dan penuh tekad, untuk melanjutkan siaran langsung dengan ketenangan yang mencengangkan.
Meskipun serangan langsung tersebut sempat mengganggu siaran, tindakan Emami mengirimkan pesan yang kuat: suara kebenaran tidak akan dibungkam. Saat ia muncul kembali di layar, Emami berbicara dengan jelas dan tegas.
“Apa yang terjadi adalah upaya putus asa oleh rezim Israel untuk membungkam kebebasan berbicara,” ujarnya dikutip dari laman Quds News Network pada Selasa (17/6/2025).
“Jika gedung jaringan berita diserang, suara kebenaran tidak akan dibungkam. Kami akan melanjutkan pekerjaan kami, dan media nasional akan terus mengudara dengan kekuatan,” kata dia menambahkan.
Pernyataannya ini memicu gelombang kekaguman di seluruh media sosial Iran dan global. Berbagai unggahan yang memuji keberaniannya membanjiri platform seperti X (sebelumnya Twitter), Instagram, dan Telegram. Warganet menjulukinya sebagai “singa betina media Iran” dan “simbol perlawanan nasional.”
Sementara momen heroik Emami menjadi viral di media sosial, banyak pihak mengkritik media Barat karena mengabaikan kisahnya. Wargenet menyoroti standar ganda jaringan internasional yang sering mempromosikan kebebasan pers, tetapi tetap bungkam mengenai seorang jurnalis yang menjadi sasaran serangan saat siaran langsung.
Jurnalis Muna Hawwa menulis, “Jurnalis kuat, Sahar Emami, tidak akan menjadi berita utama di layar sebagai wanita pemberani yang menghadapi pemboman pendudukan dari dalam ruang berita di Teheran dan melanjutkan pekerjaannya dengan ketabahan”.
Hawwa menambahkan, “Seorang wanita yang mengenakan cadar hitam tidak sesuai dengan model kepahlawanan yang disetujui sesuai standar narasi pembebasan yang diterima, bahkan jika dia bangkit seperti burung phoenix dan menyelesaikan misinya dengan bangga dan menentang”.
Siapakah Sahar Emami?
Sahar Emami, lahir pada 1985 di Teheran, memiliki gelar di bidang Teknik Pertanian dengan fokus pada Ilmu Pangan. Ia memulai kariernya pada 2008 di saluran lokal Teheran dan bergabung dengan tim politik di IRIB pada 2010. Selama bertahun-tahun, ia telah menjadi pembawa acara berbagai program, termasuk “Back Home” dan “Morning with the News,” tetapi kehadirannya dalam program “Newsstand” yang membuatnya dikenal luas.
Ketenangannya, penyampaian yang lugas, dan profesionalisme yang tak tergoyahkan telah lama mendapatkan kepercayaan dari pemirsa. Namun, tindakannya baru-baru ini telah mengangkatnya menjadi ikon nasional. Di wilayah di mana jurnalis sering menghadapi ancaman, sensor, dan kekerasan, sikap Sahar Emami sangat menonjol.
Ia tidak hanya memenuhi tugas jurnalistiknya di bawah tekanan, tetapi juga mengubah momen ketakutan menjadi momen pembangkangan. Pesannya jelas: serangan mungkin mengguncang gedung, tetapi tidak akan menggoyahkan kebenaran.
View this post on Instagram