Senin 16 Jun 2025 10:02 WIB

Zaskia Adya Mecca Ungkap Momen Mencekam Saat Ikut Global March to Gaza

Tiga mobil polisi menyisir hotel tempat Zaskia dan timnya menginap.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Zaskia Adya Mecca. Zaskia mengungkapkan pengalamannya saat tiba di Kairo, Mesir, untuk mengikuti aksi Global March to Gaza.
Foto: dok Republika
Zaskia Adya Mecca. Zaskia mengungkapkan pengalamannya saat tiba di Kairo, Mesir, untuk mengikuti aksi Global March to Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris Zaskia Mecca mengungkapkan pengalamannya saat tiba di Kairo, Mesir, untuk mengikuti aksi Global March to Gaza. la bersama sembilan orang lainnya dari Indonesia menghadapi situasi penuh tekanan, termasuk interogasi oleh aparat dan pengawasan ketat dari intelijen Mesir.

Dalam unggahan di Instagram pribadinya, Zaskia mengatakan mereka telah mendaftar secara resmi sebagai peserta melalui kontingen dari Malaysia. Karena keterlambatan pendaftaran, mereka tidak bisa bergabung secara resmi atas nama Indonesia, namun tetap diperbolehkan ikut long march sebagai bentuk solidaritas. Menurutnya, seluruh peserta memahami bahwa aksi ini memiliki risiko tinggi.

Baca Juga

"Semua dokumen, briefing dari panitia sangat clear. Ini adalah gerakan perdamaian dunia, tapi dengan risiko tinggi. Kami tetap ingin terlibat," ujar Zaskia dalam unggahannya, dikutip pada Senin (16/6/2025).

Namun menurut pengamatan Zaskia, situasi di Kairo sejak awal terasa mencekam. Saat mendarat di bandara, Zaskia menyaksikan beberapa peserta dari negara lain, terutama Eropa, dideportasi oleh otoritas Mesir. Bahkan sejumlah aktivis dilaporkan telah ditahan. Meski demikian, proses imigrasi untuk rombongan Indonesia berjalan relatif lancar.

"Proses imigrasi kami tergolong sangat smooth, jadi kita bersyukur seenggaknya tidak langsung dideportasi seperti kebanyakan peserta lain," kata dia.

Ketegangan meningkat saat mereka tiba di hotel. Aparat kepolisian mendatangi tempat mereka menginap, mencatat identitas seluruh anggota rombongan, dan melakukan interogasi awal. Keesokan paginya, situasi memburuk setelah panitia mengumumkan bahwa negosiasi dengan pemerintah Mesir tidak membuahkan hasil. Peserta long march secara resmi dinyatakan ilegal, dan polisi memiliki kewenangan untuk menangkap siapa pun yang terlibat.

Sekitar pukul 07.00 WIB, tiga mobil polisi menyisir hotel tempat Zaskia dan timnya menginap. Empat peserta asing dibawa dengan mobil tahanan, sementara rombongan Indonesia mencoba bernegosiasi untuk menghindari penahanan.

"Kami sudah harus bertindak tepat. Karena dari pagi, kami sudah seperti terkunci, dikelilingi lebih dari 20 aparat dan mobil tahanan siap di depan bud," kata Zuskia.

Untuk menghindari penangkapan, mereka menunjukkan rencana perjalanan sebagai turis. Meski berhasil menghindari penahanan, aparat tetap membuntuti dan merekam aktivitas mereka. Rombongan memutuskan pindah ke hotel berbintang lima dengan harapan mendapat perlakuan lebih baik.

Namun pengawasan tak mereda. Bus yang mereka tumpangi terus diikuti intelijen. Mereka bahkan dilarang berhenti untuk makan siang.

"Kairo terasa siaga satu. Jalanan sepi, penuh tentara dan tank," kata Zaskia menggambarkan suasana kota.

Global March to Gaza merupakan gerakan damai internasional yang bertujuan untuk menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina dan menuntut dibukanya Gerbang Rafah di perbatasan Mesir-Gaza. Namun, tekanan politik dan keamanan di wilayah tersebut membuat upaya kemanusiaan ini penuh tantangan. Selain Zaskia, kesembilan orang lain yang akan berpartisipasi dalam aksi tersebut adalah Ratna Galih, Wanda Hamidah, Irvan Farhad, Hamidah Rachmayanti, Indadari Mindrayanti, Hemy Sution, Nur Aminah, Tandya Rachmat, dan M Hibatur Rahman.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement