REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketika anak dinyatakan tidak lolos dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), mereka kerap merasa terpukul dan kehilangan rasa percaya diri. Untuk mengatasi hal ini, peran orang tua dinilai penting guna membantu anak bangkit.
Guru besar ilmu psikologi Universitas Indonesia, Prof Rose Mini Agoes Salim, mengatakan pendampingan dan dukungan dari orang tua sangat krusial dalam proses pemulihan mental dan memupuk kembali kepercayaan diri anak. “Saat anak gagal dan tidak lolos seleksi, orang tua harus hadir. Bukan untuk menghakimi, namun untuk mendampingi dan menguatkan anak,” kata Prof Rose saat dihubungi Republika.co.id pada Kamis (29/5/2025).
Ia menegaskan kegagalan SNBT bukanlah akhir dari perjalanan anak. Orang tua perlu membantu anak membangun konsep diri yang tidak semata bertumpu pada pencapaian akademis. Anak misalnya diajak menyadari potensi lain dalam dirinya, baik dalam kemampuan sosial, kreativitas, komunikasi, maupun empati terhadap orang lain.
“Ketika anak sudah memahami gambaran diri atau konsep diri secara utuh, apa saja kelebihan dan kekurangannya, dan seterusnya, maka itu akan membantu anak mampu mengelola emosi saat dia gagal,” kata dia.
Lebih jauh ia mengingatkan peran orang tua dalam membantu anak mengambil keputusan berikutnya. Misalnya dengan membantu mempersiapkan solusi alternatif seperti jalur tes mandiri atau mendaftar perguruan tinggi swasta yang sesuai dengan potensi anak dan relevan dengan tantangan zaman.
“Kampus negeri itu bukan jaminan anak sukses, anak juga berpotensi sukses saat kuliah di swasta. Yang penting adalah bagaimana anak bisa berkembang di lingkungan yang tepat sesuai potensinya, sehingga dia bisa siap menghadapi masa depan, termasuk perubahan industri karena kemajuan teknologi seperti AI,” kata Prof Rose.
Ia juga mengajak orang tua untuk aktif mengasah cara berpikir anak yang kritis dan fleksibel. Keterampilan anak seperti critical thinking sangat dibutuhkan agar anak mampu membaca peluang dan beradaptasi dengan dunia kerja yang terus berubah di masa mendatang.
“Kalau critical thinking sudah diasah, maka dia akan bisa melihat bahwa dirinya bisa berhasil dan sukses meskipun tidak berkuliah di perguruan tinggi negeri,” kata Prof Rose.