Senin 24 Mar 2025 19:09 WIB

Film Perang Kota Dinilai Relevan Ditonton Generasi Muda

Sebelum tayang di Indonesia, Perang Kota telah menjalani pemutaran perdana di IFFR.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Deretan filmmaker dan pemain film Perang Kota dalam konferensi pers perilisan official poster di Metropole XXI, Jakarta, Senin (24/3/2025).
Foto: Dok. Republika/Gumanti Awaliyah
Deretan filmmaker dan pemain film Perang Kota dalam konferensi pers perilisan official poster di Metropole XXI, Jakarta, Senin (24/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Cinesurya, Kaninga Pictures, bersama Starvision mempersembahkan film terbaru bergenre perang-drama bertajuk Perang Kota. Film yang diadaptasi secara bebas dar novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis ini mengeksplorasi masa pergolakan revolusi Indonesia pada 1946.

Pendiri Starvision sekaligus produser film Perang Kota, Chand Parwez Servia mengatakan film ini menawarkan refleksi mendalam bagi generasi muda tentang arti perjuangan, cinta, dan pengkhianatan. Menurutnya, film ini juga bukan sekadar periodik, melainkan juga menjadi cerminan bagi generasi muda saat ini.

Baca Juga

“Film Perang Kota akan menghadirkan suasana perang, drama cinta, dan pengkhianatan yang intens, emosional, dan sinematik. Menjadikan film ni punya nilai yang akan menjadi cerminan bagi generasi muda saat ini,” kata Chand Parwez dalam konferensi pers perilisan official poster di Metropole XXI, Jakarta, Senin (24/3/2025).

Film arahan sutradara Mouly Surya ini mengambil layar Jakarta tahun 1946 di masa Sekutu datang ke Indonesia diboncengi Belanda yang ingin kembali berkuasa. Selain menggambarkan ketegangan revolusi, Perang Kota juga menawarkan potret perkotaan Jakarta kala itu.

Produser Rama Adi mengungkapkan film ini menunjukkan bagaimana masyarakat, terutama anak muda, pada masa itu beradaptasi dengan pengaruh budaya asing. Salah satunya terlihat dari banyak warga Indonesia saat itu fasih berbahasa Belanda.

“Ini serupa seperti zaman sekarang, anak muda kan dikit-dikit pakai bahasa Inggris, mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Jadi menurut saya film ini akan relate juga dengan anak muda di masa sekarang,” kata dia.

Menurut Rama, gagasan untuk menggarap film ini sudah muncul sedari tahun 2018, namun kemudian proses produksinya sempat terhambat pandemi Covid-19. Meski demikian, kesulitan ini justru menjadi peluang baru. Rama menceritakan selama pandemi, dia bersama Mouly mencoba mengajukan proposal pendanaan dan kerja sama ke berbagai pihak di luar negeri.

Usaha tersebut akhirnya membuahkan hasil, dengan beberapa rumah produksi dari Singapura, Belanda, Prancis, Norwegia, Filipina, dan Kamboja bergabung menjadi mitra produksi. “Kami sudah memiliki pengalaman dengan beberapa festival film di luar negeri, jadi kami mencoba memanfaatkan itu untuk memperluas jangkauan film ini. Alhamdulilah, akhirnya bisa menjalin kerja sama internasional,” kata Rama.

Sebelum tayang di Indonesia, Perang Kota telah menjalani pemutaran perdana di International Film Festival Rotterdam (IFFR) dan mendapat respons positif. Selain menjadi film penutup IFFR 2025, film panjang kelima Mouly Surya ini juga akan dirilis secara komersial pada 17 April mendatang di Belanda. Sementara itu, Perang Kota baru akan tayang serentak di bioskop Indonesia mulai 30 April.

Film Perang Kota mengikuti tokoh Guru Isa (diperankan Chicco Jerikho), seorang guru biola dan pahlawan perang yang dipercayakan misi menghabisi petinggi kolonial Belanda dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Guru Isa melakukan misi ini bersama sahabatnya bernama Hazil (Jerome Kurnia) yang merupakan pemuda tampan dan bersemangat tinggi, yang diam-diam berselingkuh dengan istri Isa, Fatimah (Ariel Tatum). Film ini juga dibintangi oleh Rukman Rosadi, Imelda Therinne, Faiz Vishal, Anggun Priambodo, Ar Barrani Lintang, Chew Kinwah, Alex Abbad, Indra Birowo, Dea Panendra, dan lain-lain.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement