Rabu 19 Mar 2025 11:13 WIB

Indonesia Bidik Pasar Film Global Lewat Asia

Korea Selatan melihat Indonesia sebagai pasar potensial di Asia.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Pengunjung duduk di kursi penonton bioskop (ilustrasi). Pemerintah Indonesia melakukan kolaborasi internasional, membuka jalan bagi ekspansi besar jaringan distribusi film nasional ke kancah dunia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengunjung duduk di kursi penonton bioskop (ilustrasi). Pemerintah Indonesia melakukan kolaborasi internasional, membuka jalan bagi ekspansi besar jaringan distribusi film nasional ke kancah dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 

Bukan lagi sekadar penonton, Indonesia kini bergerak agresif untuk menjadi pemain dalam industri film global. Melalui ajang Hong Kong International Film & TV Market (FILMART) 2025, Pemerintah Indonesia melakukan kolaborasi internasional, membuka jalan bagi ekspansi besar jaringan distribusi film nasional ke kancah dunia.

Baca Juga

Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menyampaikan ambisi ini melalui serangkaian pertemuan strategis. "Sebagai negara dengan ekosistem film yang semakin berkembang dan produksi film yang kian meningkat, Indonesia memiliki peluang besar untuk membangun kolaborasi yang lebih strategis dengan jaringan perfilman internasional," ujar Fadli, seperti dikutip dari siaran pers kementerian pada Rabu (19/3/2025).

Fadli Zon menyerukan pembentukan blok industri film Asia yang solid, sebuah langkah revolusioner untuk memperkuat daya tawar film-film Asia di pasar global. "Perlunya pembentukan blok industri film Asia untuk memperkuat daya tawar film Asia di kalangan distributor global dan memastikan film-film Asia mendapat ruang lebih besar dalam festival dan ajang penghargaan internasional," kata dia dalam diskusi Asian Film Alliance Network (AFAN).

Langkah ini mendapat sambutan hangat dari negara-negara anggota AFAN. Korea Selatan dan Thailand, dua kekuatan besar perfilman Asia, menunjukkan minat besar untuk memperluas kerja sama dengan Indonesia. Thailand bahkan telah mengalokasikan dana 6 juta dolar AS untuk produksi film bersama, sementara Korea Selatan melihat Indonesia sebagai pasar potensial terbesar di Asia.

Tidak hanya itu, Indonesia juga membidik pasar Timur Tengah yang sedang berkembang pesat. Diskusi dengan Direktur Red Sea Souk, Holly Daniel, membuka peluang emas bagi film-film Indonesia untuk menembus pasar Arab Saudi, terutama dengan narasi-narasi yang relevan dengan budaya Muslim. Menurut dia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak narasi kolektif yang bisa menarik perhatian pasar film Arab Saudi yang kini semakin terbuka.

Potensi film horor Indonesia juga menjadi sorotan, mengingat popularitas genre tersebut di Arab Saudi. Dia mengatakan kesukaan penonton Arab Saudi pada film horor menghadirkan peluang besar bagi sineas Indonesia untuk memasarkan karya film horor mereka ke Arab Saudi.

Kerja sama dengan Malaysia juga menjadi agenda penting, dengan fokus pada peningkatan skema produksi bersama untuk memperkuat industri film ASEAN. Menurut dia, perlu adanya peningkata  kerja sama internasional untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat kreatif yang melahirkan karya-karya film berkualitas dan berdaya saing global, bukan hanya pasar bagi film-film mancanegara. Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia tidak hanya memperluas jaringan distribusi filmnya, tetapi juga memposisikan diri sebagai kekuatan utama yang siap mengguncang panggung film Asia dan dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement