Rabu 11 Dec 2024 16:28 WIB

Tiga Aplikasi Inovatif yang Dirancang Murid Apple Developer Academy 2024

Aplikasi inovatif dikembangkan para siswa-siswi Apple Developer Academy 2024.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Siswa-siswi Apple Developer Academy angkatan 2024 yang merancang aplikasi Oculab saat ditemui di Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Foto: Dok Republika/Gumanti Awaliyah
Siswa-siswi Apple Developer Academy angkatan 2024 yang merancang aplikasi Oculab saat ditemui di Jakarta, Rabu (11/12/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekitar 400 siswa-siswi dari Apple Developer Academy Indonesia di BSD, Surabaya, dan Batam akhirnya meraih kelulusan pada Rabu (11/12/2024). Sebagai bagian dari tugas akhir, mereka diinstruksikan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi yang berdampak dan inovatif.

Berikut beberapa aplikasi inovatif yang dikembangkan oleh para siswa-siswi Apple Developer Academy 2024:

Baca Juga

1. MS-T

MS-T (Monitoring and Safety Technology) merupakan aplikasi yang dirancang untuk mempermudah pengawasan penggunaan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja. Tech Lead MS-T, Kemal Dwiheldy Muhammad mengatakan bahwa pengembangan aplikasi ini dilatarbelakangi oleh keresahan mereka akan tingginya kejadian kecelakaan di tempat kerja.

Dari tahun 2020 hingga 2022, jumlah kematian akibat kecelakaan kerja meningkat 64 persen dengan total 6.000 kematian pada 2022. Untuk meminimalkan risiko ini, Kemal bersama rekan-rekannya mengembangkan aplikasi MS-T dengan memanfaatkan AI untuk mendeteksi kelengkapan APD secara otomatis.

“Salah satu ayah dari anggota kami juga merupakan seorang supervisor HSE (Health, Safety, Environment). Dan memang kalau diawasi dengan manual itu sangat berat, karena satu supervisor harus mengawasi 150 hingga 500 orang. Jadi dari situ kami merasa terdorong untuk membuat aplikasi ini,” kata Kemal kepada Republika.co.id, saat diwawancarai di kelulusan Apple Developer Academy di Jakarta, Rabu (11/12/2024).

Kemal mengatakan cara kerja aplikasi ini sangat mudah, yaitu dengan memanfaatkan CCTV yang ada di perusahaan-perusahaan untuk bisa menangkap gambar. Setelah itu, aplikasi MS-T akan mengolah setiap gambar menggunakan program AI untuk mendeteksi pelanggaran yang terjadi di lapangan. Data pelanggaran akan dilaporkan secara berkala kepada supervisor.

2. Chamelure

Chamelure merupakan aplikasi iPad untuk membantu treatment bagi anak-anak yang mengalami lazy eye atau amblyopia. Kondisi lazy eye adalah kondisi ketika otak hanya terhubung dengan satu mata, sehingga menyebabkan penglihatan buruk di mata lainnya.

Developer Chamelure, Lucinda Arthani, mengatakan bahwa terapi ini menggunakan kacamata 3D anaglyph yang berwarna hijau dan mereka. Sambil mengenakan kacamata tersebut, anak-anak dapat menyelami permainan puzzle interaktif guna menstimulasi kedua mata secara efektif.

Treatment-nya berupa exploration game. Cuma game-nya akan disesuaikan sesuai umur. Kalau masih anak, gamenya akan yang lebih simple seperti puzzle atau menghitung jumlah barang tertentu di iPad,” kata Lucinda.

Untuk merancang aplikasi ini, tim Chamelure berkoordinasi dengan sejumlah dokter spesialis mata. Selain itu, mereka juga telah melakukan sesi tes kepada beberapa anak yang mengalami lazy eye.

3. Oculab

Aplikasi ini dirancang untuk membantu mengidentifikasi serta menganalisis jumlah bakteri yang ada pada sampel dahak dari pasien Tuberkulosis (TB). Full-Stack Engineer Oculab, Luthfi Misbachul, menjelaskan cara kerja aplikasi ini sangat mudah yaitu dengan menganalisa dahak pasien melalui tahap mikroskopis. Yang berbeda, proses analisanya dibantu oleh AI sehingga waktu analisa lebih singkat dan akurasinya lebih tinggi.

“Selama ini, kalau dibaca secara manual dengan mata, tim medis biasanya harus menghabiskan waktu 10 menit hingga 2 jam untuk identifikasi, dengan akurasi 40-70 persen. Sementara kalau aplikasi Oculab, bisa selesai dengan hanya 5 menit dan akurasi 87 persen. Jauh lebih cepat dan efisien,” kata Luthfi.

Menurut dia, aplikasi ini dilatarbelakangi oleh keresahan akan tingginya jumlah pasien TB di Indonesia. Karenanya dia berharap aplikasi ini bisa membantu proses identifikasi dan pengobatan pasien Tuberkulosis di Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement