Sabtu 30 Nov 2024 17:44 WIB

Perbedaan Penyebab Penyakit Ginjal Kronis pada Anak dan Dewasa

30 persen dari kasus PGK pada anak disebabkan oleh kelainan bawaan

Penyakit ginjal kronis (ilustrasi).
Foto: Freepik
Penyakit ginjal kronis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Anak RS Siloam ASRI, Ina Zarlina mengungkapkan, penyebab penyakit ginjal kronis (PGK) yang berujung pada kebutuhan transplantasi ginjal pada anak sering kali berbeda dibandingkan pada orang dewasa. Sekitar 30 persen dari kasus PGK pada anak disebabkan oleh kelainan bawaan.

"Sekitar 30 persen dari kasus PGK pada anak-anak disebabkan oleh kelainan bawaan, seperti kelainan glomerulus yang memengaruhi fungsi ginjal. Ini termasuk gangguan genetik dan malformasi ginjal yang hadir sejak lahir," kata Ina dalam siaran pers, Jumat (29/11/2024).

Selain itu, kata dia, penyakit ginjal pada anak-anak juga sering kali berhubungan dengan infeksi atau gangguan metabolik yang belum terdeteksi sejak dini. Menurut dia, salah satu tantangan terbesar dalam transplantasi ginjal pada anak adalah pencarian pendonor yang cocok.

"Mengingat kebutuhan untuk menyesuaikan ukuran ginjal dan dosis obat imunosupresan dengan kondisi tubuh anak yang masih berkembang," jelas Ina.

Dokter yang baru-baru ini berhasil melakukan transplantasi anak di RS Siloam ASRI itu menambahkan, terapi pengganti ginjal seperti cuci darah atau Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) juga menjadi alternatif, meski tidak optimal dalam jangka panjang.

Dia juga menerangkan, pencegahan penyakit ginjal pada anak sangat penting dengan menjaga pola hidup sehat, seperti cukup cairan, pola makan seimbang, dan menghindari obat-obatan yang merusak ginjal. Orang tua dan tenaga medis harus proaktif memberikan edukasi tentang pencegahan dan penanganan dini penyakit ginjal.

"Meskipun informasi tentang transplantasi ginjal pada anak terbatas, kesadaran dan sumber daya yang memadai perlu terus ditingkatkan untuk mendukung perawatan terbaik bagi anak-anak dengan penyakit ginjal," terang dia.

Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Siloam ASRI Nur Rasyid menjelaskan, transplantasi ginjal pada anak tidak hanya memberikan harapan untuk kelangsungan hidup, tetapi juga memungkinkan kehidupan yang lebih mandiri tanpa ketergantungan pada terapi pengganti ginjal.

Setelah transplantasi, harapan utama adalah anak-anak dapat beraktivitas dan meraih cita-cita seperti teman sebayanya tanpa batasan perawatan medis intensif. Pemantauan medis rutin tetap penting untuk mencegah penolakan ginjal dan komplikasi lainnya, sehingga anak-anak dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan harapan yang lebih cerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement