REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media The New York Times menerbitkan wawancara dengan Rosé Blackpink pada Sabtu (23/11/2024) menjelang perilisan album studio solo pertamanya, Rosie, yang akan dirilis pada 6 Desember 2024. Rosé berbagi kegembiraannya, dengan mengatakan bahwa dia tidak sabar menanti kehadiran album solonya.
"Rasanya seperti saya telah menunggu sepanjang hidup saya untuk merilis album ini. Meskipun saya bermimpi merilis album suatu hari nanti, saya tidak pernah berpikir itu akan benar-benar terjadi. Ketika saya memulai proses ini tahun lalu, saya banyak meragukan diri saya sendiri," ujarnya dilansir laman Allkpop pada Senin (25/11/2024).
Lahir di Selandia Baru dan pindah ke Australia pada usia 8 tahun, Rosé menjadi trainee di YG Entertainment pada 2012 setelah lulus audisi pada usia 15 tahun. Merenungkan tahun-tahun trainee-nya, dia menggambarkannya sebagai masa yang sangat terisolasi.
"Kesepian yang harus saya tanggung adalah sesuatu yang tidak sepenuhnya saya pahami. Itu traumatis sampai mengejutkan, tetapi saya bertahan," ujarnya.
Meskipun menghadapi tantangan ini, Rosé bertahan dan memulai debutnya bersama Blackpink pada 2016. “Beberapa tahun pertama secara pribadi sangat sulit, tetapi seiring waktu, saya mulai beradaptasi dan belajar cara menavigasi dunia baru ini," kata dia.
Rosé mencatat bahwa budaya penggemar K-pop membawa tantangan tambahan. Dia mengungkapkan, “Kami dilatih untuk selalu menampilkan diri dengan cara yang sempurna, terutama saat berinteraksi dengan penggemar daring. Kami dibuat tampil sebagai gadis yang sempurna bagi semua orang”.
Selama wawancara, Rosé menjadi emosional ketika ditanya tentang pelecehan yang dihadapi artis wanita secara daring. “Saya menganggap diri saya orang yang kuat, dan saya tidak ingin bereaksi secara emosional, tetapi ketika itu terjadi, itu membuat saya merasa sangat, sangat buruk," ujar member Blackpink yang berduet dengan Bruno Mars ini.
Rosé juga berbicara tentang pelipur lara yang dia temukan dalam penulisan lagu, menggambarkannya sebagai cara untuk memproses emosinya dan melindungi dirinya sendiri. “Penulisan lagu datang sebagai berkah ketika saya benar-benar membutuhkannya. Saya akan membawa masalah besar ke dalam proses tersebut, menuangkannya ke dalam sebuah lagu, dan kemudian masalah itu akan meninggalkan hati saya,” ungkapnya.