Jumat 06 Sep 2024 10:00 WIB

Sering Pakai AI? Google Ingatkan Soal Etika dan Hak Paten

Pengguna AI dinilai perlu bijak terhadap implikasi etis terutama soal hak paten.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Logo AI (ilustrasi). Google Indonesia mengingatkan pengguna AI tetap bijak terhadap implikasi etis terutama terkait hak paten dan orisinalitas karya.
Foto: EPA-EFE/ETIENNE LAURENT
Logo AI (ilustrasi). Google Indonesia mengingatkan pengguna AI tetap bijak terhadap implikasi etis terutama terkait hak paten dan orisinalitas karya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seiring masifnya penggunaan kecerdasan buatan atau AI, tantangan etika semakin mengemuka. Country Marketing Manager Google Indonesia, Muriel Makarim, menjelaskan meskipun AI memiliki potensi besar dalam mendukung kreativitas, pengguna harus tetap bijak terhadap implikasi etis terutama terkait hak paten dan orisinalitas karya.

Hal itu diungkap setelah acara peluncuran kolaborasi Gemini, teknologi AI dari Google, bersama Janji Jiwa. Pada kesempatan tersebut, Gemini berkontribusi dalam proses kreatif pembuatan menu baru yaitu Golden Maple Latte.

Baca Juga

“AI seperti Gemini bisa membantu kita brainstorming dan memberi ide awal, tapi keputusan akhirnya tetap harus diambil oleh manusia. Pengguna harus bijak dan memastikan bahwa hasil dari AI tidak melanggar hak paten atau mencuri karya orang lain,” kata Muriel saat diwawancara di kedai Janji Jiwa Gandaria City, Kamis (5/9/2024).

Muriel juga menekankan pentingnya transparansi dalam penggunaan AI, terutama ketika hasil karya tersebut diintegrasikan ke dalam sebuah proyek yang lebih besar atau dikomersialkan. “Jadi ya ketika AI dipakai untuk menghasilkan ide atau konten, pengguna siapapun itu harus memastikan bahwa tidak ada unsur yang melanggar hak cipta itu,” ujar Muriel.

Memahami problematika ini, Muriel mengatakan Google telah memperkenalkan SynthID. Ini merupakan sebuah teknologi watermarking yang bertujuan untuk menjaga hak cipta dalam konten yang dihasilkan oleh AI. Menurut Muriel, SynthID juga memungkinkan pengguna untuk membedakan konten yang dihasilkan manusia dan konten yang dihasilkan oleh AI.

Selain teknologi SynthID, Google juga memiliki delapan prinsip AI yang menjadi pedoman dasar dalam pengembangan teknologi, dengan fokus utama pada keselamatan dan dampak positif bagi masyarakat. “Google kan sudah berkecimpung di dunia AI sudah lebih dari 10 tahun, cuma memang baru-baru ini rame AI. Dari 10 tahun itu, kita selalu berpedoman ke 8 principle itu untuk bagaimana produknya berdampak positif,” ujar Muriel.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement