REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Eras Tour Taylor Swift di Wina, Austria, dibatalkan setelah dua orang ditangkap atas rencana serangan terhadap sebuah acara publik di ibu kota Austria tersebut. Pengumuman tersebut disampaikan oleh penyelenggara konser Barracuda Music pada Rabu, setelah otoritas Austria mengatakan mereka telah menangkap seorang pria berusia 19 tahun karena diduga merencanakan serangan di konser Swift di Wina.
Kepala keamanan tertinggi Austria, Franz Ruf, mengatakan bahwa pria tersebut, yang telah menyatakan kesetiaannya kepada kelompok Negara Islam (ISIS) dalam beberapa pekan terakhir, ditahan di Austria Hilir sekitar satu jam dari ibukota pada hari Rabu pagi. “Kami telah menetapkan tindakan persiapan yang sesuai dan juga bahwa ada fokus dari pelaku yang berusia 19 tahun pada konser Taylor Swift di Wina," kata Ruf seperti dilansir The Guardian, Jumat (9/8/2024).
Pelaku adalah seorang warga negara Austria dan diyakini telah teradikalisasi di internet. Ruf mengatakan bahwa bahan kimia telah disita di rumah tersangka dan sedang dievaluasi. Sementara itu, pelaku kedua diyakini telah melakukan kontak dengan tersangka ditangkap di Wina.
Swift telah dijadwalkan untuk melanjutkan tour konsernya di Stadion Ernst Happel di ibukota Austria pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu. Namun semua jadwal konser tersebut terpaksa dibatalkan.
“Dengan konfirmasi dari pejabat pemerintah mengenai rencana serangan teroris di Stadion Ernst Happel, kami tidak punya pilihan lain selain membatalkan tiga pertunjukan yang telah dijadwalkan demi keselamatan semua orang,” kata promotor Barracuda Music.
APA melaporkan bahwa tiket untuk konser-konser tersebut telah terjual habis, dan diperkirakan sekitar 170 ribu penggemar akan hadir. Pihak penyelenggara mengatakan bahwa semua calon penonton konser akan mendapatkan pengembalian uang tiket mereka.
Kanselir Austria Karl Nehammer mengatakan bahwa pembatalan konser Taylor Swift oleh pihak penyelenggara merupakan kekecewaan yang pahit bagi semua penggemar di Austria. “Situasi seputar serangan teror yang direncanakan di Wina sangat serius. Namun berkat kerja sama intensif antara polisi, intelijen Austria dan asing, ancaman tersebut dapat dikenali sejak dini, diatasi, dan tragedi dapat dicegah,” kata dia.
Pada tahun 2017, 22 orang tewas ketika seorang pengebom bunuh diri menargetkan konser Ariana Grande di Manchester. Pelaku bom, Salman Abedi, meledakkan bom ransel di Manchester Arena di akhir konser Grande saat ribuan penggemar muda meninggalkan lokasi.
Sebuah penyelidikan resmi melaporkan tahun lalu bahwa badan intelijen Inggris, MI5, tidak bertindak cukup cepat terhadap informasi penting dan melewatkan kesempatan penting untuk mencegah pengeboman, serangan ekstrimis paling mematikan di Inggris dalam beberapa tahun terakhir.