REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam dunia musik yang keras dan kompetitif, kemunculan grup band baru sering kali tidak lebih dari sekadar sekelebat di langit malam. Namun, di antara banyaknya bintang di industri musik, ada salah satu yang bersinar yaitu Voice of Baceprot (VoB).
Band yang terdiri dari tiga gadis muda asal Garut, Jawa Barat, ini telah berhasil meniti tangga kesuksesan, membawa pesan mereka ke kancah internasional dengan suara yang lantang dan semangat yang tak kenal lelah. Voice of Baceprot, yang berarti "Suara Bising" dalam bahasa Sunda mengombinasikan elemen-elemen metal yang intens dengan lirik yang penuh semangat dan pemberontakan dalam musiknya.
Liriknya menggugah kesadaran akan isu-isu sosial dan menantang norma-norma yang mendiskriminasi. Lewat suara keras dan melodi yang gahar, mereka menyuarakan aspirasi mereka tentang kebebasan berekspresi dan pemberdayaan perempuan.
Kehadiran VOB di kancah musik metal menjadi sebuah fenomena, terutama di belahan dunia Barat. Selain karya-karyanya, band yang terdiri atas Firda Marsya (gitar-vokal), Siti (drum), dan Widi (bas), seolah mendobrak stereotipe tentang Islam dan perempuan berhijab.
Momentum besar bagi VoB datang pada 2018, ketika lagu mereka mulai menarik perhatian media internasional. Banyak media asing yang terkesima akan keberanian dan talenta mereka, menyebut VoB sebagai simbol pemberontakan dan inovasi dalam dunia musik metal yang didominasi oleh pria. Artikel-artikel di media besar seperti South China Morning Post dan BBC memberikan spotlight yang berarti, membuka jalan bagi mereka untuk tampil di panggung internasional.
Puncak dari perjalanan internasional VoB tercatat pada 2021 ketika mereka berhasil menggelar tur Eropa bertajuk "Fight Dream Believe European Tour." Tur ini membawa mereka ke beberapa negara Eropa, termasuk Belanda, Belgia, dan Prancis. Acara ini tidak hanya menegaskan kemampuan musikal mereka tetapi juga memperkuat pesan bahwa musik adalah bahasa universal yang melampaui batasan budaya dan gender.
Marsya menceritakan, VOB telah melakukan dua kali tur Eropa yakni pada 2021 dan 2022, serta tur di Amerika Serikat pada 2023. Selama tur itu, Marsya tak memungkiri ada beberapa audiens dan media Barat yang salah kaprah menilai Islam.
“Jadi banyak dari mereka yang mengenal Islam dari sudut pandang konservatif. Makanya kami mencoba memberikan pemahaman bahwa Islam itu damai, dan tidak semenakutkan itu,” kata Marsya dalam konferensi pers daring pada Jumat (21/6/2024).
Disangka seperti Timur Tengah...lanjutkan membaca>>