REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Di sebuah sekolah sederhana di Kabupaten Sumedang, tepatnya di Madrasah Tsanawiyah Maarif Sidaraja, sebuah upaya besar sedang dilakukan untuk menekan angka stunting dan anemia di kalangan remaja putri. MTS Maarif Sidaraja yang terletak Jalan Raya Sidaraja Nomor 369 desa Padanaan, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang menjalankan program pemberian tablet tambah darah kepada seluruh siswi perempuan setiap Selasa di jam pelajaran pertama.
Program pemberian tablet tambah darah (TTD) ini menjadi salah satu langkah konkrit yang dijalankan Pemerintah Kabupaten Sumedang yang dipantau unit Kesehatan terkecil i masyarakat yaitu Puskesmas Paseh. Program ini juga merupakan bagian dari inisiatif Nutrition International, yang telah berjalan sejak 2019 dalam program Better Investment for stunting (BISA).
Agus Nurdin Rudiana, Kepala MTS Maarif Sidaraja, mengungkapkan bahwa program TTD sebenarnya sudah diterapkan di sekolahnya sejak 2016. Hingga kemudian semakin massif dijalankan semenjak 2019.
“Setiap hari Selasa, remaja putri mendapatkan tablet tambah darah. Kami juga memiliki kader TTD yang kini disebut Sobat Gemaz,” ujar Agus.
Program ini menghadapi berbagai tantangan, seperti keluhan mual, kekhawatiran akan bertambah gemuk, larangan dari orang tua, hingga takut minum obat. Namun, peran aktif guru dan kesiswaan dalam mengedukasi pentingnya TTD menjadi kunci keberhasilan program ini. “Guru bidang kesiswaan selalu mengingatkan pentingnya meminum tablet penambah darah,” tambah Agus.
Selain TTD, sekolah juga mengadakan kegiatan Aksi Bergizi, yang melibatkan pembuatan tumpeng dengan gizi seimbang. Kampanye ini juga menyasar orang tua murid melalui pembina PMR dan rapat komite, yang mengedukasi mereka tentang pentingnya TTD dan dampaknya bagi prestasi akademik anak.
Kolaborasi dengan Puskesmas dan Pemerintah
Puskesmas Paseh, sebagai mitra utama, turut mendukung program ini dengan melakukan pemeriksaan dini terhadap anemia pada remaja putri. Rini Raniati, Kepala Puskesmas Paseh, menyatakan bahwa kolaborasi dengan seluruh stakeholder dalam program BISA, termasuk tim percepatan penurunan stunting di puskesmas dan kecamatan, sangat penting dalam program ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Aceng Solahudin, juga menyampaikan bahwa berkat kerja sama yang baik, angka stunting di Sumedang berhasil diturunkan dari 23 persen menjadi 14 persen. “Kebersamaan kami menjadi kunci. Semua bisa menjadi Kadis Kesehatan saat bicara tentang stunting,” ujarnya.
Selain fokus pada stunting, Dinas Kesehatan juga memperhatikan masalah underweight, wasting (gizi kurang dan gizi buruk), dan optimalisasi pemberian ASI eksklusif. Aceng menyebutkan bahwa tingkat ASI eksklusif di Sumedang sudah mencapai lebih dari 80 persen.
Peran Murid dan Orang Tua
Program ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada prestasi akademik siswa. Intan Nur Aulia dan Alipvia Nuraini, siswa kelas 9 di MTS Maarif Sidaraja, mengaku bahwa setelah rutin mengonsumsi TTD, lebih mudah berkonsentrasi dalam belajar.
Untuk mendukung keberlanjutan program, edukasi kepada orang tua sangat penting. Umumnya, orang tua murid mengakui bahwa pengetahuan tentang stunting dan anemia sangat membantu dalam memahami pentingnya pemberian nutrisi yang tepat bagi anak-anak mereka.
Secara umum, meski program ini berjalan dengan baik, tantangan tetap ada. Kebiasaan merokok di kalangan keluarga masih menjadi masalah besar. Aceng menyebutkan bahwa sekitar 88 persen keluarga di Sumedang masih memiliki anggota yang merokok, yang berdampak buruk pada kesehatan anak-anak. “Kami membuat komitmen bahwa penerima bantuan harus menandatangani pakta integritas untuk tidak merokok di dalam ruangan, terutama jika ada balita,” jelasnya.
Pemberian makanan tambahan (PMT) juga menjadi fokus penting, terutama bagi ibu hamil dengan kondisi kronis. Pemberian ASI eksklusif masih mengalami kendala, terutama bagi ibu bekerja. Namun, upaya edukasi terus dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Sumedang menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, sekolah, puskesmas, dan masyarakat dapat membawa perubahan signifikan dalam menurunkan angka stunting dan anemia.
Senior Program Officer Nutrition International, Handayani Wasti Sagala, menyatakan di Jawa Barat pelaksanaan program stunting menyasar dua wilayah yaitu Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung Barat.
Nutrition International yakin, ucap dia pemerintah daerah memiliki strategi untuk atasi stunting. Walau juga saat ini masih ada berbagai tantangan yang dihadapi di lapangan. Makanya sedari awal Program BISA selalu menggandeng stakeholder, baik pemda, sekolah dan masyarakat.
Regional Communication Manager Nutrition International Jigyasa Nawani menjelaskan program BISA, menggunakan pendekatan terpadu antara intervensi spesifik dan intervensi sensitif, dalam bentuk peningkatan kapasitas sistem layanan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta mendorong perubahan perilaku terutama terkait dengan 1,000 hari pertama kehidupan.
Ia pun bersyukur dengan menggandeng para guru dan puskesmas, program bisa jauh lebih berjalan optimal. "Kami berterima kasih kepada komitmen sekolah dan para guru.
Penting sekali melibatkan orang tua dalam program ini dan untungnya para guru juga menjelaskan pentingnya program ini. Kami bersyukur dengan aktifnya para guru, tidak hanya meminta murid membaca booklet namun juga aktif menjelaskan pada para murid," ucap dia.
Country Director, Nutrition International, Hierro Hattu menyebut berbagai program lembaganya selalu sejalan dengan kegiatan yang sedang didorong oleh pemerintah, baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sehingga dalam praktiknya kegiatan, seperti pemberian tablet tambah darah, sejalan bukan saling bertentangan dengan yang dijalankan pemerintah daerah.