Senin 10 Jun 2024 09:49 WIB

Riding di Alpen: 4 hari, 6 Negara, Lusinan Terowongan, dan 2.028 KM Pemandangan Ciamik

Italia secara umum diakui banyak orang sebagai tujuan motorcycle touring paling yahud

Biker Indonesia Barry Manembu berada di Trafoi Italia saat touring motor melintasi enam negara Eropa bersama istrinya Ivone.
Foto:

Hari ketiga: Rute SS 28 (Strada Stratale 28) —> (Livigno - Stelvio via Mustair, Italia)

Etape ketiga adalah klimaks dari tur kami. Andai kami memiliki banyak waktu, katakanlah ada ekstra 2-3 hari lagi, saya takkan sungkan-sungkan untuk tinggal lebih lama di Livigno, menikmati kota ski yang bersemboyan “Feel the Alps” tersebut.

Udara segar, pemandangan alam spektakuler (gunung-gunung es, danau glacier, kembang edelweis, sapi-sapi berkalung lonceng), trek untuk hiking atau bersepeda gunung, resto lezat, dan jalan-jalan yang seperti memang sengaja dibuat untuk sepeda dan sepeda motor. Tak heran, Livigno selalu menjadi salah satu rute yang dilalui oleh balapan kondang Giro D’Italia, tur balap sepeda paling bergengsi kedua setelah Tour de France.

photo
Foto Danau Livigno Italia yang diambil oleh biker WNI yang tinggal di AS, Barry Manembu, saat tur motor besar di Eropa. - (dokpri)

Sewaktu check-out, saya bilang ke resepsionis hotel bernama Monica,” Kamu sangat beruntung tinggal di sini. Pemandangannya sungguh indah.” Monica, sambil tersenyum, merespons dengan aksen Italia kental, “Lebih indah kalau musim dingin.” Sekadar info, Winter Olympics 2026 akan dipentaskan di Milan dan sejumlah kota di Alpen, di antaranya Livigno yang memanggungkan snowboard dan freestyle.

Saya jadi teringat adegan film Rush Hour 2 ketika Chris Tucker berujar secara kocak kepada Jacky Chan,” Ngapain juga Lance Armstrong harus jauh-jauh ke Prancis hanya untuk naik sepeda?” Bisa saja, ada orang yang akan bertanya ke saya, “Ngapain juga jauh jauh ke Alps cuma untuk naik sepeda motor?” Well, jawaban saya bakal seperti ini, “Wah, kalau ada kesempatan, kenapa tidak? Ini akan menjadi salah satu memori paling indah dalam hidupmu. Anda takkan menyesal. Dan semua pengorbanan Anda—waktu, tenaga, uang—tidaklah sia-sia. It is all worth it, man!”

Melintasi SS 28, rasanya ingin berhenti setiap 100 meter untuk mengambil foto dan video. Semua sudut dan pojok amatlah cantik. Namun, lagi-lagi waktu kami terbatas dan saya hanya berhenti ketika memang memungkinkan untuk parkir sejenak.

Awalnya, saya ingin sekali berfoto di puncak Stelvio Pass, jalanan paling tinggi di Eastern Alps (2.757 m), yang konon merupakan “one of the most famous driving roads in Europe and in the the world.” Namun, sayangnya, jalur tanjakan ke sana masih ditutupi salju yang berarti rute ini masih diblokir. Saya dan sejumlah biker memutar balik di Trafoi, tentunya sehabis mengambil gambar sepuasnya.

Saya berbisik pada istri,“Saya akan kembali, entah summer ini ataupun summer depan, tapi via rute selatan dari arah Milan dan Lake Como.” Dia hanya mengangguk sembari tersenyum.

Hari keempat: Rute A5 (Muenchen-Salzburg)

Pesawat United Airlines yang bakal kami tumpangi ke Denver bertolak dari Muenchen, bukan Frankfurt. Dasar anak motor, saya langsung berinisiatif untuk menghabiskan hari terakhir kami di Eropa dengan kembali nge-ride. Kali ini saya memilih tunggangan Harley Davidson Street Glide ST, yang saya sewa di House of Flames, Harley Davidson Muenchen. Saya pikir, setelah menunggangi BMW R1300GS selama 3 hari non-stop, saatnya menjajal motor turing Harley di autobahn.

Tadinya saya memesan model Road Glide, supaya mirip dengan motor saya di rumah. Namun karena tak ada lagi model Road Glide yang tersedia, saya ditawari Steet Glide. Tak masalah. Mesin dan performa sama persis, perbedaan utama cuman di fairing dan lampu depan, juga berat secara keseluruhan. Road Glide agak lebih ringan.

Cuaca yang bersahabat, cerah, hangat, dan yang terpenting tidak hujan, membuat riding hari terakhir ini berasa lancar dan tak perlu bersusah payah. Kami melewati perbatasan Austria cuma dalam tempo 1 jam-an, dan tak terasa kami sudah memasuki Salzburg.

Sehabis berfoto-foto di depan bekas tempat tinggal W.A. Mozart yang sekarang sudah jadi museum, kami menyempatkan mampir di Red Bulls Arena, kandang Red Bulls Salzburg, klub yang terkenal jago menggaet dan memupuk bakat-bakat muda. Fans sepak bola Eropa pasti ngeh kalo RBZ adalah bekas klub dari bintang-bintang seperti Erling Halaand, Sadio Mane, dan Dayot Upamecano.

photo
Biker Indonesia Barry Manembu saat touring Eropa bersama istri Ivone, di depan Stadion Red Bull Arena, Salzburg. - (dokpri)

Dalam hitungan saya, masih banyak waktu untuk mengembalikan motor dan kemudian menuju ke bandara. Namun, arus lalu lintas di A5 (autobahn 5) mendadak pelan dan merayap. Wah, gawat ini. Untung, kebanyakan negara Eropa membolehkan lane-splitting, motor berjalan di antara mobil. Jerman juga termasuk yang memberi izin, tapi hanya saat macet. Di tempat saya Colorado, lane-splitting tidak diperbolehkan. Tak heran, truk-truk besar langsung menepi saat kami melintasi di antara dua lajur. Danke schoen (terima kasih banyak)! Auf Wiedersehn (selamat tinggal)! 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement