Kamis 16 May 2024 15:40 WIB

WHO Desak Warga Eropa Kurangi Konsumsi Garam

Konsumsi garam masyarakat Eropa diperkirakan jauh lebih banyak dari jumlah maksimum.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Garam (Ilustrasi). WHO mendesak warga Eropa untuk mengurangi makanan asin seperti garam karena dianggap menjadi penyebab utama tekanan darah tinggi serta kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Foto: Pixabay
Garam (Ilustrasi). WHO mendesak warga Eropa untuk mengurangi makanan asin seperti garam karena dianggap menjadi penyebab utama tekanan darah tinggi serta kematian akibat penyakit kardiovaskular.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (15/5/2024) mendesak warga Eropa untuk mengurangi makanan asin seperti garam. Makanan tersebut dianggap menjadi penyebab utama tekanan darah tinggi serta kematian akibat penyakit kardiovaskular (CVD).

WHO menyebut faktor tersebut menyumbang hampir 43 persen kematian di Eropa. Kantor Regional WHO untuk Eropa memperkirakan bahwa mayoritas warga di wilayah tersebut mengonsumsi garam jauh lebih banyak dari jumlah maksimum yang disarankan per hari, yakni sekitar satu sendok teh.

Baca Juga

Makanan pinggir jalan dan makanan olahan kerap menjadi penyebab utamanya. “Empat juta, jumlah yang mengejutkan, adalah jumlah kematian yang disebabkan penyakit kardiovaskular setiap tahun–terutama pada kaum pria. Implementasi kebijakan yang ditargetkan untuk mengurangi konsumsi garam sebesar 25 persen dapat menyelamatkan sekitar 900 ribu nyawa akibat CVD pada 2030,” kata direktur WHO regional Hans Kluge.

Pria berusia 30-69 tahun dua kali lebih berpotensi meninggal akibat serangan jantung, stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya dibanding wanita pada usia yang sama. Sementara, masyarakat di Eropa timur hampir lima kali lebih memungkinkan meninggal akibat penyakit kardiovaskular dibandingkan masyarakat di Eropa barat. Salah satu solusi untuk masalah tersebut yakni dengan mewajibkan pengurangan kadar garam pada makanan olahan dan memperbaiki pelabelan, yang memerlukan kerja sama dengan industri makanan lantaran makanan dengan kandungan garam yang tinggi cenderung menghasilkan keuntungan terbanyak, seperti diakui badan kesehatan PBB tersebut.

 

 

sumber : Sputnik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement