Rabu 08 May 2024 05:01 WIB

Mendadak Mulas Setelah Minum Kopi di Pagi Hari, Apa Penyebabnya?

Mulas biasanya muncul empat menit hingga 30 menit setelah minum kopi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Minuman kopi (ilustrasi). Rasa mulas setelah minum kopi) hanya dialami oleh sekitar 30 persen orang.
Foto: PixaHive
Minuman kopi (ilustrasi). Rasa mulas setelah minum kopi) hanya dialami oleh sekitar 30 persen orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mungkin pernah merasakan mulas atau ada dorongan hendak buang air besar setelah minum kopi pagi. Sebenarnya, apa yang menyebabkan hal tersebut? Ternyata, itu karena kandungan kafein pada kopi memiliki beberapa efek pada motilitas usus.

Istilah motilitas usus merujuk pada peregangan dan kontraksi otot-otot di saluran gastrointestinal atau saluran pencernaan. Namun, ahli bedah kolorektal dari Colorectal Clinic Associates, di Singapura, Sulaiman Bin Yusof, mengatakan efek ini tidak selalu terjadi.

Baca Juga

"Menariknya, fenomena ini (dorongan hendak buang air besar setelah minum kopi) hanya terjadi pada sekitar 30 persen orang," ujar Sulaiman, dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (7/5/2024).

Bagi yang mengalaminya, sensasi itu biasanya muncul empat menit hingga 30 menit setelah minum kopi. Itu juga tergantung kondisi individu serta jenis kopi yang dikonsumsi, juga jenis kopi dan cara biji kopi disangrai.

Mengapa sering terjadi di pagi hari? Pasalnya, jam sibuk usus besar biasanya terjadi di pagi hari.

Aktivitas kolon dan kadar kortisol secara alami lebih tinggi, membuat usus lebih responsif terhadap kopi. Bukan hanya kandungan kafein yang memicu pergerakan usus, tapi juga zat lain dalam kopi, termasuk asam klorogenat, asam sitrat, asam asetat, flavonoid, dan tanin, di antara senyawa lainnya.

"Ada penelitian yang menyatakan bahwa rasa pahit kopi itu sendiri berperan dalam menstimulasi lambung," kata Sulaiman.

Campuran lain pada kopi, seperti susu dan gula, turut berkontribusi terhadap sensasi tidak nyaman di perut usai minum kopi. Konsumsi gula dapat merangsang pelepasan insulin dan berkontribusi pada peningkatan pergerakan usus pada beberapa individu, sementara pengidap intoleransi laktosa akan responsif terhadap susu.

Lebih lanjut, laktosa dan gula pada susu diklasifikasikan sebagai oligosakarida, disakarida, monosakarida, dan poliol yang dapat difermentasi. Zat-zat itu dapat menyebabkan gejala seperti gas, kembung, dan perubahan kebiasaan buang air besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement