REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rinitis alergi yang tidak terkontrol dan tidak kunjung sembuh bisa jadi ada penyakit penyerta lain atau multimorbiditas yang memengaruhi rinitis alergi, demikian kata Dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan RS UI dr Niken Lestari Sp THTBKL Subs AI(K).
"Ada beberapa faktor yang memengaruhi rinitis alergi nggak terkontrol, pertama faktor penyakit lain misal tidak sebatas di hidung, bisa seluruh saluran napas dan seluruh tubuhnya, diagnosis yang kurang tepat dan penyakit penyerta karena rinitis penyakit morbiditas, faktor lain dari pasien yang tidak taat dan patuh pada penggunaan obatnya," kata Niken dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Kamis, (25/4/2024).
Ia mengatakan rinitis alergi merupakan penyakit multimorbiditas yang bisa berujung pada penyakit lain pada organ pernapasan. Pada anak, rinitis alergi bisa menyebabkan hipertrofi tonsil adenoid yang letaknya di belakang hidung ikut membesar, ini yang menyebabkan hidung tersumbat karena ada pembengkakan.
Sumbatan hidung yang kronik karena rinitis juga menyebabkan rinosinusitis dan asma karena sering bernapas melalui mulut. Asma, kata Niken, juga dapat mengganggu kualitas tidur anak yang berdampak pada metabolisme dalam tubuh dan memperburuk alergi.
"Selain itu bisa ada penyakit kulit dermatitis atopik dan esofagutis eosinifilik. Kalau ini semua ada tata laksananya beda dengan rinitis alergi biasa," kata Niken. Pada kondisi tertentu jika penghindaran alergen seperti kontrol lingkungan atau obat tidak memberi respon membaik, ada modalitas lain, yakni pemberian imunoterapi dengan memberikan alergen dosis tertentu secara berkala, sehingga ada kekebalan.
Niken mengatakan pemberian obat ini tidak bisa sebentar, minimal tiga tahun sehingga perlu kepatuhan dari pasien dengan edukasi ketaatan pasien dan keluarga. Kondisi lain bisa dilakukan tindakan bedah jika alergi pada dewasa seperti mengecilkan bagian rongga hidung yang membesar. "Atau kalau sangat sensitif sarafnya di blok sehingga berkurang hidung tersumbatnya, tata laksanya harus di edukasi kepada pasien karena harus ada ketaatan," kata Niken.